Jumat, 17 Juni 2011

setitik awan eps 1

rindangnya cuaca hari ini, menggunggah semangat...
mendengarkan kicauan burung di tengah hutan-hutan cengkeh...
aku tak tahu,,inikah nikmat tuhan yang diberikan padaku...
selintas safar yang membuatku harus meninggalkan jejak aktivitas seperti biasanya..
bias-bias embun membawaku pada suatu desa yang tentram nan damai di tengah hiruk pikuknya politik negeri ini...
tak ada kebisingan melewati telinga ini...
tak ada hiruk-pikuk polusi di tengah sibuknya penduduk mencari nafkah...
yang ada semua hidup berdampingan, masing-masing mencari nafkah yang telah di sebar-Nya untuk setiap nyawa di bumi nan pertiwi ini...
sedikit-demi sedikit, medan area semakin terjal...
para penduduk pagi ini ramai berlalu lalang untuk pergi bertani, berladang, dan mengambil hasil panen yang siap dibawa ke pendulang...
menukar hasil tetes keringatnya untuk makan esok...
para anak kecil berlari dan berjingkat menuju tempat nan elok rupa..
tempat dimana terjadi transfer ilmu...
tempat dimana terjadi pengembangan akhlak...
tempat dimana the best generation in future..
tempat dimana terjadi pendidikan karakter dimulai..
tempat dimana segala macam asa dan cita menjulang tinggi
anak-anak itu harus turun naik bukit untuk menempuh tempat ini...
bersabar kelak nanti hidupnya akan berubah ...
berubah menjadi tuan di negerinya sendiri...
13 km dari tempat penginapan harus kami tempuh, demi terselesaikannnya tugas nan suci ini. dengan berbekal kuisioner,papan ujian,pulpen, almamater kampus yang melekat di badan, dan air minum persediaan untuk di jalan. hari pertama terjun lapangan, kami diberikan keringanan pendamping oleh guide setempat. guide yang menurutku tak ada background ijasah tinggi. yang ada adalah terpampang pengetahuan kehidupan penduduk di sini. kami butuh dia, area kami terjal. masuk keluar hutan cengkeh dengan sedikit penduduk. sekalipun ada rumah penduduk, mereka terletak jauh di atas bukit sana. sekitar 200 meter jarak dari rumah penduduk satu ke penduduk yang lain. hari pertama, kami ikut rombongan kelima, yang medan areanya lebih jauh dari kami. Amertasari. Desa inipula yang tidak sampai dikunjungi oleh kelompok pemetaan. kasihan. mereka harus melalui desa kami. itupun mereka tidak sampai 1/4 wilayah desa kami dalam memetakannya. mereka hebat. banyak cerita dari mereka yang kami kagumi....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar