
Sepenggalan kisah
Awan menunjukkan wajah mendungnya
Aku tak tahu yang pasti nanti terjadi
Yang ku tahu mendungnya ini terjadi akibat terlalu beratnya beban yang ada di dalam jiwanya.
Sama seperti manusia yang jika diberikan sedikit cobaan, ia akan menunjukkan wajah yang mendung dan muram. Walau begitu Tak semua manusia di dunia ini yang bersifat kusebutkan tadi.
Hari ini, cuaca mendung mengikuti dan menyambut kedatangan ibu beserta anak yang digendongnya.
Wajahnya sedikit kusam, begitupun anaknya yang menandakan terlalu pelik kebutuhan kehidupan dunia melandanya.
Ia hanya membawa satu dari 12 orang anaknya. Ya, 12 anak. Keluarga macam ini masih ada kawan. Masih ada di lingkungan modern yang melanda negeri ini.
Berbeda dengan orang kota yang mempunyai anak sebanyak itu, ia merupakan orang desa yang bisa dibilang terbelakang dalam perekonomian.
Tuhan, aku takut. Takut akan peringatan nabi-Mu, yang mneyebutkan seorang manusia akan kufur atau kafir disebabkan oleh kefakiran.
Ya, aku takut keluarga itu akan menjadi kufur ataupun kafir karena perekonomiannya yang tak cukup. Namun tau apalah aku ini, Alloh yang menciptakan bumi beserta isinya tak kan mungkin menelentarkan hamba-Nya. Aku hanya bisa berdo’a untuk keimanan pada keluarga itu.
Seperti biasa, ia datang untuk meminta uluran bantuan keluarga dari kami. Duhai, betapa inginnya aku dan keluarga ini memberikan setumpuk emas untuk keperluan hidupnya.
Apadaya, saat ini perekonomian dapur sedang terpuruk.
Tahukah, ibu itu masih memperhatikan zakat untuk keluarganya. Yang harus membayar 14 kepala. Aku malu dengan peristiwa yang ada di hadapnku, ya Robb. Malu karena apakah aku mampu memikirkan itu semua jikalau nanti kehidupanku seperti itu. Aku tak tahu, apakah negeri ini masih peduli dengan orang-orang macam ia. Orang-orang yang membutuhkan uluran tangan dari para dermawan.
Tahukah kawan, ia saat ini tinggal di kabupaten karawang. Salah satu lumbung padi indonesia yang menyumbangkan energi para penduduk negeri ini, baik kaya maupun miskin. Namun pada kenyataannya, sebagian dari penduduk desa itu masih dilanda kemiskinan. Sungguh menggetarkan jiwa, miris.
Ia tinggal di sebuah desa, di tengah-tengah sawah. Yang aku syukuri untuk saat ini pada dirinya adalah ia masih memakai jilbab, meskipun tak tahu jika dirumah mengenakan atau tidak. Setidaknya saat ini ia masih memiliki keimanan dalam lubuk hatinya. Yang masih mau mematuhi perintah-Mu.
Hei, aku pun pernah sedikit mendengar, betapa ia melahirkan sendiri tanpa bantuan medis apapun. Luar biasa ! aku tak tahu apakah uang yang menyebabkan ia melakukan sendiri atau karena tak ada orang di dekatnya saat itu. Seorang ibu yang mempertahankan kehidupan anaknya. Jihad fisabilillah.
Yang aku takut adalah anaknya diberikan oleh orang nomuslim, seperti kejadian tetanggaku dulu. Semua anaknya ada yang di jual kepada orang nonmuslim. Betapa dosanya jika sampai anak tak berdosa itu di berikan kepada orang yang salah.
”Ya Robb, lindungilah keluarganya dari kekafiran”
Ketika negeri ini menggalakkan program keluarga berencana. ”cukup 2 saja” sungguh ironis kawan.karena nabi kita Muhammad menganjurkan pada kita untuk memperbanyak keturunan. Seperti inilah kulontarkan jawabanku pada keluarga ketika mereka menggumam kesalahan ibu itu karena mempunyai banyak anak. Aku tahu mungkin keluarga ini tak mempunyai sedikit ilmu agama untuk permasalahan ini. Aku tak menyalahkannya, namun aku hanya memberitahu yang benar. Memberitahu bahwa kita wajib mengikuti Alloh dan Rosul-Nya.
Ketika orang-orang saat ini mulai menjauhi perintah Alloh dan Rosul. Ketika itu pula kemungkinan musibah akan menimpa kita. Sedikit demi sedikit ku kerahkan tenaga untuk menyumbangkan ilmu yang ku dapat dari tempat pengajian. Mungkin suatu saat kamipun dapat pertolongan cahaya ilmu-Mu ya Robb. Yang akan menuntun kami pada syurga-Mu.
Hari ini,,ramadhan ke-28. sedikit rizki-Mu telah mengalir padanya. Amanah rizki-Mu telah kami sampaikan padanya. Tak tahu, apakah 10 kepala disana merasakan senang ataupun legowo terhadap apa yang didapat ibunya setelah dari rumah ini. Rumah tempat kami berteduh,bersedih,bersenang, mengukir hari-hariku dan keluarga dalam kanvas kehidupan kami.
28 ramadhan 1431 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar