Minggu, 30 Januari 2011

sambungan celoteh perjuangan ind,,raja


Tugas hari  ini adalah menganalisis mana bentuk yang tinggi dan yang pendek. Ada delapan lingkaran disana tertera. Dosen menyuruh menggunakan alat stereoskop saku mungil ini. Sayangnya keberadaan benda nan mungil ini hanya tersedia beberapa buah. Dan beberapa buah ini dipergunakan oleh ratusan mahasiswa dari semua angkatan, bagi yang mengambil mata kuliah ini. Berhubungan dengan pemetaan. Semua harus memiliki sikap sigap. Sigap seperti masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Namun, terkadang masyarakat yang tinggal di daerah ini tak pernah tanggap akan bahaya yang suatu saat terjadi di tempat tinggalnya. Tahukah kamu, ada suatu film simulasi bencana yang dibuat oleh salah satu universitas terkemuka di negeri ini. Kreatif memang, namun sayang mungkin tak sampai film ini kepada masyarakat yang tinggal di tempat rawan bencana yang sangat memerlukannya, karena terbatasnya sarpras menuju daerah ini. Mengikuti matakuliah yang memang tak terlalu kami hiraukan namun sangat kami sukai akan pembawaan dosen ini berceramah di depan para audiens terhormat.
Kali ini beliau membawakan sebuah film yang kami tunggu-tunggu, film kisah pasangan tsun dan ami. Kisah yang berawal aku hiraukan, sungguh mengantuk awal menonton ini. Bagai menonton orang yang berpidato tak karuan, lagak DPR tak punya ilmu. Kisah seorang laki-laki terpelajar yang mengunjungi sebuah desa, yang rawan akan bencana. Suatu saat desa ini terserang isu transmigrasi menuju tempat yang aman. Ada sebagian kalangan penduduk yang tidak ingin dan ada pula yang sangat antusias akan rencana ini, karena selalu diserang dengan rasa was-was, membuat hidup menjadi tak nyaman. Makanpun tak nyaman. Serrius sekali aku dan teman-teman saat melihat adegan ini. Cerita ini pun diselingi oleh kisah sang pria terpelajar ini dengan gadis desa bernama ami. Garing terasa. Gadis ini ingin dijodohkan oleh pilihan ayahnya, dan ia memilih kabur. Ternyata sang ayah adalah sang kepala desa. Si sang terpelajar ini ternyata mulai tahu akan masalah yang terjadi, karena dia diajak keliling oleh pak kades ini. Tak terlalu detail kkuingat dan memang sarat akan ilmu kejadian yang kuingat saat itu. Pada saat peristiwa inilah yang sangat kuingat. Ketika sang tokoh utama, tsun, ami, pak kades, dan masyarakat duduk bersama, membicarakan perkara ini. Yang menjadi bulan-bulanan penduduk setempat.
          Si tokoh utama ini menjelaskan bahwa bencana harus dijadikan sebagai teman, ketika alam mulai terasa tak seperti biasa. Kita yang harus mengindentifikasi bahwasanya ia sedang sakit yang suatu saat akan membuat kericuhan dan kerusakan di daerah tempat tinggal kita. Kita harus menjadi sahabatnya yang saling menguntungkan. Simbiosis mutualisme.  Kita mengambil namun kita pula yang merawatnya.  Dan ketika tsun dan ami bertemu, kita harus mengetahuinya dulu bagaimana karakteristik mereka seperti yang dilakukan para penduduk jepang, mereka tinggal di daerah rawan bencana paling tinggi, namun mereka telah mewaspadai dan menjadi sahabat mereka. Jadi, satu sama lain saling mengerti. Mungkin itu yang ku ingat ketika sikap kita harus selalu sigap atas sesuatu yang ada di hadapan kita. Streoskop.
Lucu bukan, cerita matakuliah lain sangat berhubungan dengan matakuliah ini, terutama aplikasi dari apa yang telah didapat.siaga. lebih lucu lagi ketika ratusan mahasiswa memperebutkan beberapa alat untuk mengerjakan tugas. Stereoskop. Sikap siaga ini harus diaplikasikan ketika mahasiswa harus dihadapkan dengan tugas yang membutuhkan stereoskop. Benda mungil ini bagaikan emas, mungkin lebih dari itu, bahkan berlian.
Selesai penjelasan dari pak dosen, kami mahasiswa dari universitas terbelakang akan sarana prasarananya langsung mencoba mengetes kemampuan fungsi organ mata. Memeriksa apakah ada kelainan pada organ yang satu ini. Ada dua penanggung jawab untuk mata kuliah ini. tidak hanya mata  kuliah ini saja Pjnya di berikan dua orang, namun mata kuliah lain pun diberikan dua agar tidak bertumpu pada satu orang ini saja. Dan terpenting adalah semua orang mendapatkan tanggungjawab, bekerja untuk kepentingan kuliah bersama. Aku sangat salut dengan dua orang ini, cantik pintar dan sigap. Sigap menghadapi bapak yang satu ini. Yang satu meminjam stereoskop dan yang satu lagi mencari foto copy xerox. Ternyata tak hanya sampai pada benda satu ini kami dibuat repot dalam praktik dan tugas-tugasnya.  Satu kata benda yaitu xerok (baca: serok). Kammi dibuat  bingun g oleh masalah teknis bernama xerox ini. Berawal dari langkanya toko yang membuka foto copyan xerox ini di kampus. Temanku dibuat sangat repot demi keberlangsungan mata kuliah ini. Mencari kesana kemari. Lelah terpancar dari raut wajahnya ketika sampai pada kelas, membawa stumpuk kertas foto copyannya.
Xerox ini dipakai agar gambarnya jelas, singkat yang kuingat dari celotehan dosen satu ini.  Dan selain itu harganya pun berbeda jauh dari fotocopy biasa. Perbedaannya adalah pada hal teknis mencopy di mesinnya. Pada xerox, kertas yang dicopy tak lantas diangkat dengan cepat, namun ditunggu dengan sabar pada waktu kertas keluar setelah dicetak. Seperti seorang pelayan salon, yang setia menunggu kliennya rapih setelah ia permak. Hasilnya, menakjubkan bagi kami, walaupun tak ada perbedaan yang terlalu signifikan. Meskipun begitu, bagi orang yang sangat teliti terlihat bahwa warna hitam yang di kertas sangat nyata. Fotocopy xerox ini, memerlukan perawatan yang sangat serius. Bak putri raja, yang tak boleh sedikitpun terlihat kusam. Dekil ataupun kotor. Sama halnya dengan kertas yang satu ini.sang ratu xerox. Tak ada kata lecek,dekil,kotor, dan segala macam rupa yang bisa mengacaukan penelitian kami melalui sang benda mungil ini, stereoskop.
Berkali-kali dosen mata kuliah lain, kali ini berhubungan dengan laut. Mengingatkan mahasiswanya untuk bisa berfasih ria mengucapkan bahasa inggris, tak terkecuali denganku. Menurutnya, bahasa inggris kunci kita untuk menjadi guru yang berkualitas. Billingual language. Agar kami menjadi guru yang berkompeten. Tak hanya mengajarkan anak didik kami menjadi punggawa harta karun yang kami  miliki, namun menjadi raja di negeri sendiri. Sialnya, kami tak terlalu begitu paham akan bahas inggris, dan kali ini bahasa inggris dengan ilmu pengetahuan bidang geografi. Satu katapun mempunyai arti yang sangat berbeda dalam makna bidang ini. Seperti water soil dengan groundwater. Mungkin orang bidang  bahasa inggris asli ataupun orang yang bahasa inggrisnya secuil, menngartikan dengan arti yang sama. Tidak bagi kami. Watersoil dan groundwater sangat berbeda dalam bidang geografi. Water soil sebagai air tanah yang berada pada kedalaman yang dapat dijangkau oleh akar tanaman, namun groundwater sebagai air tanah yang berada pada kedalaman tertentu yang dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai sumber air minum dan biasanya jika ia tertekan lalu keluar dengan sendirinya dinamakan sumur artesis. Begitu kurang lebihnya yang kutahu. Rumit memang. Mata kuliah ini mempunyai 2 buku pegangan, 1 berbahasa indonesia dan satunya berbahasa inggris. Lagi-lagi bapak dosen yang satu ini menginginkan kami jungkir balik untuk paham akan makna materi yang ada di buku bahasa inggris. Wajib untuk dikerjakan dan beberapa tugas diambil dari buku copyan sang ratu xerox ini. Tinggallah aku mentranslate bahasa asing ini dengan penuh kesabaran.
Tugas awal yang diberikan bapak satu ini, menimbbulkan berbagai macam kerepotan. Mungkin karena kami yang selalu menunda-nunda tugas terselesaikan. Atau sedikitnya sang benda mungil ini tersedia. Stereoskop. Diantara kami, ada yang masih menjajal mata, apakah ada kelainan atau tidak. Ataupun kemarin tidak sempet mengetest kemampuannya.  Esok, akan ada pertemuan babak selanjutnya pada kelas mata kuliah ini. Dan sore ini, kami semua kelabakan karena belum menyelesaikan tugas awal ini. Menurut PJ matakuliah ini, alat harus dikembalikan sebelum jam 4 sore. Sedangkan banyak anak yang belum menyelesaikan tugas mereka. Tak ada waktu lagi, selain mempaste hasil pekerjaan anak-anak beruntung yang dapat menyelesaikan sendiri dengan tenangnya. Perlu diketahui mengerjakan tugas pembukaan ini bagiku sangat membuat hati dan otak gregetan, karena jika pertama kali harus konsentrasi. Mata harus fokus, jika tidak. Siap-siaplah menunggu berjam-jam untuk mendapati dua gambar objek ini menjadi satu objek. Bagi yang tidak biasa, siap-siaplah merasakan pusing kepala. Seperti yang terjadi pada diriku. Pusing sekali. Ditambah keesokkan harinya mataku bengkak, tak tahu penyebabnya. Ada dua kemungkinan, pertama karena memaksakan mata bekerja dan kedua adanya debu yang masuk ke dalam bola mata. Mengenaskan. Selesailah tugas pembukaan ini, dengan hasil yang kurang memuaskan bagiku.
Tak ingat persis diriku akan sudah berapa kali ini pertemuan berlangsung, dalam kelas yang sama. Seperti biasa, dosen masuk dengan wajah sedrhana. Tak ada yang istimewa, begitupula dengan kami para audiens. Bapak dosen kali ini menjelaskan bagimana kita menginterpretasi suatu bentuk lahan. Kali ini sangat berhubungan dengan matakuliah lain yaitu geomorfologi. Suatu cabang ilmu geografi fisik yang mengkaji segala macam bentuk lahan, dari bentuk lahan yang terjadi di iklim arid seperti di beberapa bagian asia tengah dan afrika sampai bentuk lahan di iklim tropis. Tugas kedua ini membuat sama persisnya dengan tugas pembuka yaitu melelahkan. Perlu kita sadari, indonesia mempunyai beragam bentuk lahan. Sangat menarik jika dipelajari dengan detail pada matakuliah teknis ini, namun sayang. Sudah ku ceritakan di awal, buku suci panduan tugas matakuliah ini adalah in english. Orang asing yang menulisnya, jadi otomatis bentuk lahan yang diinterpretasi  adalah bentuk lahan di wilayah luar negeri. Seperti amerika,  tugas yang kali ini aku emban. Danau michigan. Lagi-lagi terbentrok akan masalah satu alat mungil nan berharga ini. Stereoskop. Semua mahasiswa yang mendapatkan tugas ini, diwajibkan untuk menggunakan alat yang satu ini. Berharganya terletak pada, bagaiman bentuk objek yang kita ambil dalam penginterpretasiannya. Rumit. Bagaimana kita menggambar kembali bentuk tiga dimensi itu dalam dua dimensi. Hasilnya harus menjadi tolok ukur apakah yang kita bentuk benar merupakan suatu lahan, tentunya dengan pola dan simbol tertentu dalam pemetaan yang sudah dibakukan oleh para ahli geograf dalam bidang pemetaan.
Semua mahasiswa masing-masing mengambil langkah, serius dan acuh yang pada akhirnya harus ketar-ketir mengerjakan tugas ini. hari ini semua sudah berusaha dengan baik.termasuk aku. Dosen yang berdiri di depan mangambil satu  Persatu tugas yang telah kami kerjakan. Dalam hati , semoga aku bukan menjadi orang yang kurang beruntung. Nasib berkata lain. Kali ini giliran milikku. “coba dilepas kertas putihnya, coba lihat ini berbentuk apa” celoteh sang dosen sambil memamerkan karyaku.miris, seperti jajaran cacing hitam membujur di atas plastik transparan itu. Semua pekerjaan kami, menurutnya kurang. Akhirnya beliau menjelaskan kembali sampai detail.  Awalnya hanya menunjukkan wajah sangat mengerti ketika ditanyakan apakah sudah mengerti semua penjelasan yang diberikan. Wajah polosku hanya menunjukkan tanda sangat mengerti, namun hatiku menunjukkan : sungguh saya bingung pak !. ketika melihat wajah sebagian temanku pun sebagian menunjukkan hal yang sama. Diam membisu tak jelas, apakah telah telah mengerti atau tidak. Suram. Dosen bijaksana inipun telah mengerti bagaimana respon kami. “ya sudah, mengerti tidak mengerti harus dimengerti” ucapan pasrah terhadap para audiensnya. Selesai beliau keluar, kami langsung mengerubungi dua asisten pengajarnya. Sungguh fenomena tak mengenakkan.  Kebanyakan dari kami sungguh sangat segan pada dosen utama, karena mungkin menurutku, sifat pembawaannya yang kaku akan segala macam aturan. Anda punya hak dan sayapun punya hak, prinsip beliau yang selalu dijunjung tinggi. Terutama pada aturan ujian akhir semester. Jika mencoba sekali menyalahi hak kita dan beliau, siap-siap saja bertemu dengan beliau pada tahun depan. Mirisnya pada matakuliah yang sama. Suram. Pernah suatu kali pada matakuliah tertentu, ada mahasiswa yang mencoba memakai sepatu sendal untuk mengikuti ujian akhir. “silakan sadar sendiri jika yang tak memakai perlengkapan tidak sesuai aturan keluar dari kelas.” Kami semua mematung diam tak ada celotehan suara-suara bahagia, semua mebisu”. Ternyata ia pun langsung melakukan sidak. Takdir beruntung dan tidaknya kami berada pada saat itu. Jika dalam keadaan takdir tak beruntung, kami semua mendapati nilai pengulangan tahun depan.miris. “mbak, itu sepatu atau sendal” tanya beliau. “sepatu sendal, pak” jawab mahasiswa yang tertangkap kamera cctv ini.alias mata tajamnya. “sudah tahu kan peraturan disini, untuk mengikuti UAS?”. Diam tanpa kata kali ini, mahasiswa tak beruntung itu. “anda punya hak untuk memakai sepatu sendal, namun sayapun punya hak untuk menerapkan peraturan yang tidak membolehkan sepatu sendal”. Langsung saja bapak dosen satu ini, mengucapkan suara mautnya kepadanya yang ampuh membuat mahasiswa langsung lemas tak berdaya. “silakan bertemu di tahun depan dengan saya”. Kaki mahasiswa tak beruntung ini langsung tancap gas dengan gontai menuju pintu kelas. Aku, lgsg membeku melihat peristiwa itu, tak membayangkan bagaimana jika peran utamanya saat itu adalah aku. Si mahasiswa tak beruntung kali ini. Bagaimana rencana kedepan ku yang sudah ku petakan sedemikian rupa, agar lulus dengan cepat. Ya, itulah takdir, tak pernah kita bayangkan. Sedikitpun peristiwa yang telah kita hampiri dalam labirin kehidupan kita atau masa depan yang akan datang tak sedikitpun tercontek oleh pikiran kita. Itulah hebatnya Tuhan. Tak tertandingi, Dia tak sedikitpun tak mau kita duakan. Karena memang, Dia sungguh Maha Sempurna.
Menurutku, dosen satu ini sangat istimewa. Sifatnya yang patuh akan peraturan membuat kita sangat disiplin akan semua hal. Peraturan dibuat untuk dipatuhi bukan untuk dilanggar. Itu sudah hukum alam. Peraturan membuat kita terarah dalam melaksanakan sesuatu. Membuat kita kuat akan segala macam peristiwa. Peraturan tak pernah salah, namun kitalah yang sering menyalahi aturan dan selalu peraturanlah yang disalahkan. Kali ini, tak mau ku menjadi orang buta tanpa arah. Semua tugas yang kukerjakan lantas ku tanyakan pada dua dosen ini, bagaimana pendapat beliau terhadap pekerjaanku. “ini gambar apa?” tanya sang dosen. “gambar  beting pantai pak”.jawabku sebagai mahasiswa tak tahu ilmu. Asal ceplos saja.tak beradab memang. “memangnya, apa pengertiannya beting pantai?” tanya sang dosen gemas padaku. “ehmm...” jawaban tak diinginkan, bayangkan saja. Sudah mengambil matakuliah geomorfologi dan dinilai lulus tak tahu deskripsi beting pantai atau bahasa asingnya beach ridge.memalukan, sangat memprihatinkan !. aku mencoba menjawab kembali “beach ridge pak, beting pantai. Bentuk lahan yang terjadi oleh proses marine, pak”.  Sungguh jawaban seorang yang tak tahu malu !. aku hanya menjawab dengan polosnya. Dosen menjelaskan ini itu. Lagi-lagi bahasa inggris yang buruk membuatku malu. Ternyata maksud dari beach ridge disini adalah tanggul pantai yang terjadi di danau. Dan ini sangat berbeda dengan beach ridge dalam arti beting pantai. Sekali lagi aku sangat malu akan bodohnya diri ini. Selesai sudah, konsultasi tugas kedua dalam mata kuliah ini. Mau tak mau, harus belajar lebih ekstra agar hasilnya memuaskan.
***
“Jika tidak ada terik matahari, paling tidak keangin-anginan biar kering” begitu ucap ibu-ibu yang tak mau terepotkan dengan cucian bajunya yang baru saja dicucinya. Angin sangat dibutuhkan untuk berbagi macam hal, dari keperluan sepele sampai yang sangat besar sekalipun seperti membuat tenaga listrik. Kebutuhan sangat besar bagi negara berkembang maupun maju. Sangat iri sekali dengan negara yang SDMnya sudah sangat maju. Bisa mengelola angin dengan sedemikian rupa. Mengirit pembiayaan listrik penduduk. Canggih memang, namun butuh pada proses yang cukup melelahkan. Jika negara berkembang seperti indonesia ini menggunakan angin, maka yang terjadi adalah butuh sosialisasi dan dana yang besar. Namun sesungguhnya jika memang menginginkan bias terwujud dengan cukup cepat karena dahulu angin memang telah digunakan untuk menentukan apakah akan terjadi hujan atau tidak, dengan menggantungkan kerincingan di jendela atau melihat gerakan yang meniup pohon. Angin juga digunakan oleh para nelayan dahulu untuk menentukan musim apa yang akan terjadi, dan sampai sekarang masih sangat berguna untuk menangkap ikan. Angin laut dan darat. Dulu, jika ditanyakan perbedaan mereka selalu bingung untuk menjawabnya.  Namun sekarang sudah sedikit paham. Angin darat itu untuk gampang diingatnya angin yang diapaki nelayan buat mencari ikan, namanya juga angin darat, otomatis anginnya dari darat yang bersumber pada malam hari yakni jam 08 malam sampai enam pagi. Jika angin laut, yah berasal dari laut. Memulangkan para nelayan yang selesai mencari ikan. Seimbang bukan apa yang Tuhan ciptakan untuk kita para khalifah di muka bumi ini. Jadi menurutku, salah besar jika seseorang selalu mengatakan hidup ini tak adil. Selalu mencari-cari kekurangan apa yang Dia berikan untuk kita. Justru sebaliknya, apa yang sudah kita berikan untuk-Nya selama ini.
Tugas ketiga ini, menggunakan jasa internet dan membutuhkan kesabaran dalam mengerjakannya. Kali ini aku memutuskan untuk mengambil prakiraan cuacu (prakicu) pada tanggal 9 desember 2010 dan waktunya 00.00 UTC. Ternyata ada pertemuan angin sejenis di daerah itu, yaitu pulau seram dan sekitarnya. Pulau seram, tak seseram bayangan kita ternyata. Pulau Seram memiliki wilayah seluas 18.625 km2 , dengan panjang 340 km dan lebar 60 km. Titik tertingginya ialah Gunung Binaiya, setinggi 3.019m di atas permukaan laut. Pulau Seram memiliki alam pegunungan dan hutan tropis.         Titik tertingginya ialah gunung binaiya, setinggi 3.019m diatas permukaan laut. Kondisi tropis jika dilihat dari kawasan taman manusela yang merupakan 20 % atas luas wilayah pulau seram yaitu sebagian besar bergelombang dan lahannya merupakan pegunungan kapus. Topografi yang ada ini mulai dari dataran (dataran mual) di bagian utara, bergelombang sedang, berbukit sampai bergunung-gunung dengan ketinggian 0-3027 meter diatas permukaan laut. Dengan kondisi topografi inilah ia merupakan tempat yang nyaman untuk reuni dari berbagai jenis angin. Baik angin yang berasal dari samudera hindia selatan maupun yang berasal dari samudera pasifik. Untuk tugas ketiga ini, tak membutuhkan ekstra keras dalam pengerjaannya. Karena aku sedikit mengerti dalam penganalisaanya. Sekali lagi kita sangat beruntung berada pada letak geografis yang seperti ini. Berada diantara dua benua besar, sehingga kekuatan angin yang menuju kepulauan indonesia semakin berkurang. Tidak terlalu menimbulkan banyak bencana, walaupun tak sedikit pula ulah angin ini merepotkan pemerintah dan masyarakat. Disinilah kembali sikap sigap kita perlukan.
***
Tak ada perlengkapan untuk tugas hari ini, rupanya makhluk lupa ini menyerang kami. Khususnya sang PJ utama. Ia lupa memfotocopy xerox gambar citra satelite yang akan kami analisis kembali. Terjadilah kondisi yang menggemaskan bagi sang bapak dosen satu ini. Beliau geram karena ulah kami, yang harusnya hari ini menjelaskan tugas terakhir matakuliah ini, namun kami tak siap karena tak ada bahannya. Semua kacau. Saling memanas. Termasuk sang dosen yang masuk ke kelas. Beliau marah karena kami tak mempunyai bahan yang ingin dijelaskan. Kali ini, kami memperebutkan stereoskop cermin. Benda yang dilindungi dengan kotak papan. Seperti kotak pandora, sangat barharga bagi kami. Kotak pandora ini, diperebutkan oleh dua angkatan yakni agkatanku dan angkatan atasku. Layaknya perebutan stereoskop saku. Namun, ini lebih mengenaskan karena hanya ada tiga buah. Bayangkan saja, tiga alat diperebutkan oleh ratusan mahasiswa. Miris sungguh. Dan disinilah kesabaran kami butuhkan, mungkin ini pula yang akan membiasakan kami. Bersabar dalam mengajar audiens kami kelak. Pernah suatu kali, terjadi pencarian kotak pandora ini. Ketika itu, teman-temanku mengerjakan tugas akhir ini. Mereka menjadi pendaftar pertama peminjam kotak pandora ini di jurusan. Sayangnya, sang dosen matakuliah lain masuk, karena memang pada saat itu merupakan waktunya matakuliah lain. Akhirnya mereka harus menghentikan pengerjaan proyek ini. Mengikuti kelas matkuliah jam ini. Tiba-tiba saja, ada seorang kakak kelas mondar-andir celingukan di depan pintu. Rupanya ia sedang sibuk mencari kotak pandora ini. Seperti layaknya seorang kucing yang mondar-mandir mencium ikan namun tak tampak rupanya. ”biarin ajah, dia nyariin. Jangan dikasih nih alat. Ntar kita susah ngerjainnya. Mereka udah ada dua alat” celetuk temanku yang berada di depan dudukku dengan sinis. ”emang alatnya dimana?” tanyaku ”tuh gue tutupin pake tas gue,,” jawabnya sambil tertawa puas. Saat itu kotak pandora menjadi barang rebutan, layaknya di film pirates of carribean yang memperebutkan harta karun. Sangat ku sayangkan, untuk belajarpun kami masih kekurangan alat. Tapi ini merupakan kendala kami, tak boleh dijadikan alasan sebagai keterbelakangan prestasi.
Tugas dari awal sampai akhir merupakan hasil akhir nilai matkuliah ini. Tak ada uas. Selalu begitu memang. Rupanya sang dosen menginginkan kami agar semua tugas itu di kirimkan melalui emailnya. Hal yang sangat kami sayangkan, karena tak semua orang bersahabat dengan media satu ini untuk mengumpulkan hal yang terpenting bagi kuliah ini yaitu nilai. Dari dahulu, ada saja kendalanya. Mulai dari tak terkirim padahal sudah terkirim laporannya sampai file tak terbuka. Begitulah yang terjadi pada diriku dan temanku yang kurang beruntung untuk kali ini. Aku menjadi bagian orang yang diuji kesabarannya oleh Alloh dan bapak dosen satu ini. Sungguh mengenaskan nasibku kala itu. Sudah mengerjakan dengan susah payah sampai larut malam. Tiba-tiba saja nilai lenyap bak ditelan bumi. Ada apa gerangan yang terjadi di dunia maya sana. ”bagi yang tidak ada nilainya segera menemui dosen, besok paling lambat” begitu isi sms yang masuk ke dalam inbox ku. Peristiwa yang mengenaskan. Tak beruntung kali ini diriku. Esok harinya kami mahasiswa tak beruntung semester ini dalam matakuliah ini, sepakat untuk menemuinya jam delapan pagi. Sangat merepotkan sungguh, karena dikala orang sudah menjumpai bulan aku hanya masih di bumi untuk mengurusi hal seperti ini. Tak hanya itu, aku sangat khawatir jika saja nilai yang diberikan nanti isinya suram.
Tiba di kampus jam delapan kurang. Sangat sepi. Wajar karena memang semua orang telah libur nyaman dan nyantai. Tak sepertiku mengurusi masalah yang sangat menyedihkan.  Menunggu adalah hal yang menyakitkan bagiku. Namun apadaya, hanya seorang mahasiswa biasa harus seperti biasa seperti ini. Menunggu sang dosen tiba. Menunggu temanku tiba dan mendengar berita kembali dari bapak dosen satu ini. ”katanya saya lagi RPT, nanti saja setelah sholat jum’at” ucap temanku sambil membaca sms darinya. ”huaaaaaaaaahhh,,,capek-capek datang pagi, eh malah diundur nanti jam satu” teriak hatiku..sangat memprihatinkan. Kami harus bersabar menghadapi tingkahnya, mungkin ada keperluan yang sangat mendadak baginya. Dan selalu berpikir positif kala itu. Jadilah aku mengikuti rapat Praktek Kuliah Lapangan. Sungguh tak kuinginkan.rasanya malas sekali untuk mengikuti hal-hal yang seperti itu bagiku. Yang ada nanti adalah perselisihan perdebatan panjang. Dan akhir-akhirnya merujuk pada pendapat dosen. Itulah yang tak kusukai dari hingar-bingarnya kehidupan kampus. Campur-baur wanita dan laki-laki, serta saling jajak pendapat. Menimbulkan suasana memanas. Menurutku, sangat disayangkan jika waktu terbuang hanya merundingkan dengan kepala panas. Satu sama lain tak ingin kalah akan pendapatnya. Aku hanya mencoba memberi saran, tak hanya voting. Namun lakukanlah jajak pendapat satu sama lain agar tak ada pihak yang merasa sakit hati. Namun, yang ada hanya voting. Pemilihan yang sangat buruk. Karena tak ada rasa lapang hati jika salah satu pendapat kalah, dia akan menerima jika ada salah satu pendapat yang bagus menurutnya. Intinya tak ada pihak yang merasa kalah ataupun kesal bagi ide yang tak dipilih oleh para audiens.
Sholat jum’at telah berakhir, itu tandanya kami mahasiswa tak beruntung kali ini harus mengurusi nilai. Bersua dengan bapak dosen satu ini. Menyiapkan mental terutama untuk saat ini. Menerima apa yang akan kami dapatkan darinya. Nilai. Kamipun langsung menuju gedung yang diinginkan. ”pak saya mencari, bapak ini.” tanya kami sambil menyebutkan namanya. ”oh ya, bentar ada”jawab bapak itu. ”iaya ada apa ya?”tanyanya dengan wajah yang berbeda ”oh, bukan bapak ini pak, kami sedang mencari bapak dosen” ucap salah satu temanku ”dari jurusan geografi” sambung temanku satu lagi. ”oh, maaf, ini gedung sarana-prasarana” jawab ibu satunya lagi seraya menunjukkan ”anda salah tempat” kamipun langsung keluar. Menuju gedung yang diminta temanku lewat sms balasannya setelah ditanyakan. ”ya Alloh, ini perjuangan mantep banget, dari mulai mengerjakan sampai mendapatkan nilai. Mudahkan ya Robb” ucap hatiku. Ketemu jua kami dengan teman satu lagi yang daritadi berkomunikasi dengan bapak dosen satu ini. ”eh katanya diatas lantai dua” ucapnya. Akhirnya kami menuju lantai dua gedung itu. Dengan rasa sabar kami menaiki anak-anak tangga yang diam seribu bahas ini. Ketika ingin masuk ” maaf mbak, masuknya dua orang” sapa mbak recepsionisnya. Akhirnya kakiku kutarik kembali ke luar ruangan. Menunggu kembali menyakitkan bagiku. Dengan rasa degup jantung tak karuan. Akhirnya aku dan temanku diperbolehkan masuk. Menuju ruangan bapak dosen satu ini. Aku sungguh takut jika ditanyakan gambarnya, karena ada satu tugas yang tak kumasukkan gambarnya yakni tugas kedua. Naasnya, temanku tak ada gambar satupun di hasil pekerjaannya karena tidak dikirim melalui sistem attachment melainkan di copy paste melalui kolom emailnya. ”ini, mana gambarnya?” tanya dosen. ”kan, dikumpulin di meja bapak pak”jawab temanku ”tapikan saya suruh lewat email”. Akhirnya beliau memberikan nilai B. Namun itu cukup bagus. Tibalah saatku.
”namanya siapa?” tanya bapak dosen satu ini
”hesti meiliana pak”
”nama emailnya?”
”hestimeiza”
Akhirnya ada jua file emailku. Namun sayangnya lama sekali untuk dibuka. Dengan sabar bapak ini menunggu, begitupula dengan diriku. Lama tak kunjung terbuka, lantas ia berinisiatif untuk membuka lewat docstoc. Tak bisa juga terbuka. ”ya Alloh, masa ga bisa kebuka. Gimana ini” do’aku dalam hati. Akhirnya ia beralih kepada temanku satu lagi. Sialnya iapun tak ada email yang masuk. Lebih parahnya ia, tak ada satu buktipun yang ada di emailnya. Diam seribu bahasa. Aku kembali bereaksi.”pak gimana dengan saya?” ”yah filemu tak bisa terbuka, mau gimana lagi”ucapnya dingin. ”ya Alloh, gimana ini. Masa mesti ngulang. Gimana dengan nasib nilai gue, bisa-bisa Cuma dua nol.huaaaaah.ga mau, ga mau.” lirih hatiku. Temanku yang satu lagi hanya mengusapkan tangannya pada bahuku, memberi isyarat untuk bersabar. Tak jua ku menyerah, segala cara mesti dijalankan. ”pak coba deh pak buak email bapak satu lagi, saya juga ngirim file saya kesitu, barangkali bisa” ucapku memelas. Bapak inipun rupanya merasa iba terhadapku. Dengan sabar kembali ia  membuka akun emailnya satu lagi. Peristiwa pun terulang kembali, file ku sama sekali tak bisa dibuka. ”ya Alloh, tolongin akuuuu...”lirihku. ”berikan yang terbaik bagiku ya Robb”sambung hatiku. Karena hanya itu saja yang dapat kulakukan.  Akupun berusaha kembali, ”pak saya bawa filenya kok” ucapku memelas sambil mengambil flashdisk di dalam tas. Akhirnya beliaupun mau menerima fileku. Ternyata Alloh, benar-benar mendengar permintaanku kala itu. Hati bapak dosen satu ini luluh dan mau menerima permintaanku agar melihat hasil pekerjaanku melalui flashdisk yang kusodorkan. Beliaupun melihat-lihat hasil pekerjaanku. Yang ada saat itu adalah aku tak memikirkan berpa nilai yang beliau berikan. Yang ada adalah bagaimana matakuliah ini aku mendapatkan nilai. Akupun sempat takut, ketika ia melihat-lihat gambar. Karena telah kusebutkan tadi bahwasanya ada satu tugas yang tak kumasukkan hasil gambarnya. Ternyata, selesai sudah ia melihat hasil pekerjaanku. Dan apa yang terjadi, ia mencoret huruf A, yang menandakan bahawasanya beliau memberikanku nilai A. ”ya Alloh , makasiiiih...”teriakku dalam hati. Begitupula dengan nasib temanku yang emailnya tidak masuk. Iapun diberikan nilai yang sama denganku. Aku dan temanku ini, akhirnya menjadi mahasiswa beruntung. Namun, keberuntungan kami sangat kami rasakan. Seperti kebahagiaan yang didahului oleh airmata. Sangat mengharukan. Keluarnya dari ruangan itu, tak lupa kami mengucapkan rasa terimakasih kepada bapak dosen satu ini. Bertemu dan akupun memeluk temanku, yang tadi turut membantuku untuk bersabar. Lega rasanya saat itu. Begitupula dengan temanku satunya lagi, yang sangat shosk jika saja temannya mendapatkan nilai kosong. Pulang, kakiku terasa ringan. Tak ada beban di hati dan jiwa.
”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. AR Rahman :13)
”Makasih ya Robb, atas segala nikamat dan karuniamu yang telah Kau berikan padaku”
***
ENDING...
*jika ada kata-kata yang tidak berkenan di hati mohon maaf. Cerita ini nyata dan hanya untuk mngeksplore kemampuan menulis saya. Kritik dan saran sangat diterima bagi kelancaran menulis saya. Terima kasih.
*sebagian ada yang diambil dari beberapa sumber.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar