Siapa yang sangka akan dihadapi dengan kenyataan
pahit. Dan siapa sangka pula yang ingin mendapati kesulitan. Dengarlah
cerita-cerita sahabatmu kawan. Sahabat-sahabat yang baik hati, yang hanif
jiwanya dan tak akan menjemrumuskan kita pada kesalahan. Itulah hidup, kita
sungguh membutuhkan teman-teman yang nanti akan menarik kita pada syurga-Nya
ketika kita mungkin sedang merasakan azab-Nya atas kesalahan-kesalahan kita di
dunia yang fana ini.
Cerita cinta, cerita perjalanan hidup, dan segala cerita
dunia ini amat unik. Allaah ta’ala selalu baik terhadap hamba-Nya yang mau
berhusnudzon pada semua rencana-Nya dalam hidup kita. Hei, tahukah kalian.
Sesulit apapun hidup kita ada setitik ciptaan-Nya yang senantiasa menghibur
kita. Rintikan hujan, terpaan debu, semilir angin bahkan sampai semut yang
berjinjit jalan di lantai itu adalah hiburan bagi kita saat dunia tak lagi
berpihak pada kita.
Cerita masalah tak ka nada habisnya, tp taukah cerita
pengalaman hidup teman kita selalu bermakna utk menghabiskan masalah yang ada
di hadapan kita. Missal, cerita pengalaman skripsi mereka, cerita pengalaman
jodoh mereka *uups dan cerita keluarga mereka. Dari pengalaman hidup itu saya
selalu terinspirasi baik cerita sedih sampai senangnya mereka.
Saat ini saya sudah tertinggal jauh dgn teman-teman
yang sudah lulus tahun kemarin. Sayapun tak tahu apakah saya bisa seperti
mereka, lulus dengan tepat waktu. Aah,,itu misteri. Saya saat ini hanya
menjalani saja. Saya terus berdo’a. dan
tentunya saya berharap yang membaca blog ini pun mendo’akan saya. Agar saya
mampu menyelesaikan masa studi sy di kampus tepat waktu. Yah inilah hidup saya yang
ditakdirkan Allaah ta’ala, untuk bersabar menjalani semua ini. Bersabar memahami
perkatan-Nya dalam al-qur’an surat al baqarah:286, yaitu “ Allaah tdk
membebankan sesuatu kepada seseorang, melainkan sesuai dengan kemampuannya”.
Berhusnudzonlah riwayat hidup kita yang amat sempit
sekali suatu saat akan mengantarkan kita pada syurga-Nya. Aamin. Saya selalu
berharap ujian itu tidak menimpa pada agama saya, cukup dunia saja ujiannya. Maksudnya,
bayangkan jika kita diuji seperti para shabiah pada zaman nabi, mampukah kita ?
maka bersabarlah dengan kesabaran yang baik…Q.S Al ma’arij : 5.
Saya bersyukur sekali, karena penderitaan saya pada
saat SMA, saya jadikan pelajaran dan Allaah tetap meneguhkan saya untuk menjalani
apa yang Dia sampaikan, dan semoga saya tetap berada di atas jalan-Nya. Aamin. Yups,
saya tidak mau mengulas masa lalu saya. Cukup sampai disana saja cerita itu. Tak
perlu saya bawa untuk masa depan saya. Saya amat bersyukur hingga detik ini
masih diberikan petunjuk sunnah rosulullaah shalallahu’alayhi wassalam. Smg keistiqomahan
sy mengenal agama ini tetap bersemi di hati. Amin.
Cerita cinta, cerita unik kawan. Misteri jodoh siapa
yang tahu. Ini cerita pengalaman dari kakak kelas saya, sekaligus sy sebut sbg kakak
kandung saya. Mungkin lebih. Melalui perantaranya, saya mengenal sunnah ini,
mengingatkan dan membimbing saya juga teman-teman. Pun termasuk masalah jodoh
ini, kk saya yg satu ini selalu saja memberikan ilmu yang shahihnya (red:
sesuai sunnah). Masalah jodoh ini pun termasuk masalah yang complicated menurut
saya. Tapi mudah jika kita niatkan untuk beribadah kepada-Nya. Mulai mencari hingga akad, itu semua sudah
diatur sedemikian rupa oleh agama agar tidak terjadi kerusakan yang amat besar.
Nah mulai dari ta’aruf yang ga boleh saling hubungan komunikasi antara si
wanita dengan pria sampai kemungkaran yang terjadi di masa-masa pelamaran. pun
jika tak jadi itu kehendak Allaah ta’ala. Tak
ada rasa gundah dalam hati karena proses ini dinilai secara objektif bukan
subyektif. Tak melibatkan perasaan,
sehingga jika tak jadi lagi, takkan merasa tersakiti. Karena sesuatu yang diniatkan ibadah akan terasa
lapang di dalam dada jika tak sesuai harapan.
Jadi gini kesimpulan yang saya dapet : ta’aruf
(mencari informasi lewat washilah/perantara yg sudah menikah dan memiliki
pemahaman ilmunya baik) terus jika sudah mantap utk menikah baru bisa nazhor
(melihat calon yang ingin dinikahi) itupun gak boleh berkhalwat dan ikhtilat. Cukup
sekali saja melihatnya, (ingat obyektif tnp melibatkan perasaan dahulu sebelum
akad) pas nazhor ikhwannya datang ke rumah orangtua akhwat berbincang-bincang
dengan keluarga. Trus baru deh lamaran (khitbah) baru deh akad. Selesai…hhee..
Mungkin tambahan biar jelas coba cari di link ini
:http://dear.to/abusalma bekal-bekal pernikahan. Trus cari di linknya
muslimah.or,id,muslim.or.id,rumaysho.or.id,,,
“jika suatu hubungan diawali oleh hal yang dilandasi
keharaman, bisakah setelah kehalalan tiba menjadi sebuah keindahan tersendiri?”
aciyeh Hesti !
BalasHapushahaa... itu kalimat terakhir dr kakaknyah ndah...
BalasHapus