Selasa, 21 April 2015

tulisan : mengenai waktu

Waktu adalah sebuah hal yang paling susah diajak berkompromi. Bahkan nyaris tidak bisa. Waktu juga adalah sebuah hal yang paling susah dimengerti. Tidak bisa ditebak kemana arahnya. Tidak bisa diatur pula jalannya.

Ada seseorang yang merencanakan menikah umur sekian, eh menikahnya sekian tahun lebih cepat dari rencananya. Ada orang yang berharap dan merasa matinya nanti tua, eh usia belasan tahun sudah mati karena kecelakaan. Waktu benar-benar sebuah hal yang tidak bisa ditebak.
Hari ini, sesore ini di sebuah stasiun kereta api. Aku duduk di salah satu bangku di ruang tunggu. Menunggu waktu keberangkatan. Kereta yang sedianya mengantarku ke tujuan akan datang sekitar satu jam dari sekarang. Menunggu pun sebuah permainan waktu. Bersyukurlah bagi kita semua yang sedang menunggu sesuatu yang pasti datang. Bersyukurlah bagi kita semua yang sedang menunggu dan sedang sibuk mengerjakan sesuatu yang berharga, misalnya membaca buku. Sehingga waktu menunggu menjadi momen-momen yang tidak hilang kebaikannya. Bersyukurlah bila kita sedang menunggu dan yang kita tunggu adalah sesuatu yang nantinya benar-benar mengantarkan kita ke tujuan.

Bila kita sedang menunggu seseorang, maka semoga dia adalah seseorang yang bisa membersamai sekaligus menjadi sebab kita nanti sampai ke tujuan. Bila kita sedang menunggu waktu untuk meraih impian, maka semoga ini adalah jeda yang baik untuk kita mempersiapkan diri demi menyambut impian itu datang.

Hari ini, aku memandang jam besar di sudut stasiun. Satu detik terlewat, semua akan terlewat, dan menjadi masa lalu. Setiap orang pernah memiliki masa lalu dan tidak satu orang pun diantara mereka yang sanggup memperbaiki dan mengembalikan keadaan di masa lalunya. Aku termasuk bagian dari orang-orang itu. Hari ini, di sisa waktunya yang entah tidak tahu berapa lamanya. Waktu-waktu mendatang akan aku jadikan sebagai waktu terbaik. Kita tidak perlu meresahkan berapa waktu yang akan kita perbaiki, kita cukup memperbaiki setiap detiknya. Bila setiap detik kita menjadi satu nilai kebaikan, maka seluruh waktu yang kita miliki akan menjadi baik.

Hari ini, ketika kereta tiba di waktu yang telah dijanjikan. Aku percaya bahwa menemukanmu pun sebenarnya bukan soal jarak. Tapi soal waktu, sedekat atau sejauh apapun kamu, bila waktunya belum tepat. Tuhan tidak akan mempertemukan perasaan kita sama sekali.

Suatu hari, ketika waktu itu beranjak naik, menunjukkan kuasanya. Aku tersenyum, karena waktu itu telah tiba. Suatu hari, mungkin di bulan juni, di antara gerimis kota tempat tinggalmu yang dingin. Langkah kaki ini akhirnya sampai di muka rumahmu. Aku tidak pernah menyangka bahwa waktu ini akan tiba. Aku pun tidak menyangka bahwa langkah kaki itu berjalan sejauh ini. Suatu hari, hari itu akan datang. Dan aku sedang menunggu waktu itu, waktu yang pasti datang.

Sebuah Stasiun Kereta, 1 April 2015 | ©kurniawangunadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar