Pendaran cahaya itu
mulai sedikit terlihat dari ujung jalan ini
Menapaki indahnya
panorama laut dengan semilirnya angin senja
Jejak-jejak kaki
mungil berlarian menerpa gelombang ombak di pinggir pantai
Celoteh-celoteh mungil
menghiasi gemerisik suara deburan ombak
Senyum-senyum mengulum
menghiasi wajahnya yang bersih dan luas
Entah kapan mata ini
dapat melihat wajah terlucu itu
Entah kapan telinga
ini mendengar suara berdebumnya itu
Kaki terus melangkah
menyusuri air yang semakin hari semakin pasang
Menenggelamkan kaki
dan sebagian tubuh di air yang jauh dari keramaian
Berjingjit satu sama
lain menelaah dinginnya air saat ini
Tak ku perdulikan
ramainya wajah-wajah asing yang hadir saat itu
Kami semua menikmati
pemandangan yang terhampar luas
Menghamparkan sejuta
makna bagi kehidupan saat ini
Kehidupan yang kian
hari menghimpit kami
Kehidupan yang kian
hari menelangsakan kami di jarak nan jauh
Ketika semua orang
berharap dengan mudahnya melepas semua kepenatan hidup
Hanya lantunan doa yang
kupanjatkan untuk mereka
Perasaan mendalam di
kota ini cukup kusampaikan pada Rabb di ‘Arsy sana
Perasaan yang kadang
timbul menelikung ingin melihat raut wajahnya
Perasaan yang kian
membuncah mendengar suaranya melantunkan al Qur’an
“tante, zidan udah
hafal al qur’an”
“tante kan di sekolah
zidan kalo telat masuk sekolah harus bayar, tapi zidan engga mau bayar. Zidan kasih
setoran al qur’an aja” senyumnya sambil mengembang di raut wajahnya
Iya saya kangen dengan
ponakan yang satu ini., ponakan yang selalu membuat ulah disini, yang selalu
menghabiskan makanan disini. Sekarang ia jauh di seberang pulau sana. Tanpa sanak
saudara disana.
Keluarga kecil kakakku yang berani menantang hidup demi
pengharapan yang lebih baik untuk hari esok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar