Senin, 04 Agustus 2014

Hikmah selalu bertebaran di setiap sudut waktu


 Menghitung kembali apa yang sudah berlalu. Mentari disini sudah mulai menampakkan wajahnya. Dengan diiringi suhu yang dingin, mentari mulai berjalan jingjit menunjukkan taring kecilnya. Langit duduk malas diatas sana. Merenung penduduk bumi yang semakin beringas meraih dunia ini. Tidak beringas tetapi juga tamak. Padahal dunia pun sudah menyiapkan amunisi tertajamnya bagi siapa saja yang tamak akan dirinya. Peluru-peluru berdesingan mencari sasaran yang dilepaskan oleh si empunya. Tak ada yang dapat disasarkan maka sang gedung menjadi tumpuan terakhir sang desingan peluru. Justru sasaraan ini merupakan sasaran tepat bagi sang peluru.  Semua berjatuhan hingga tak lagi dikenal sang rupa milik siapa dan jasad siapa.
Sambil bertelekkan tangan di muka, hari ini udara berdamai dengan kota ini. Berdamai dengan penduduk muka bumi ini untuk bernafas dengan teduh di sela dinginnya udara. Memikirkan masa depan memang tak ada habisnya. Memikirkan ini justru menghabiskan waktu masa depan. Ada sekumpulan anak disana justru bukan masa depan yang mereka pikirkan, tapi mereka memikirkan masa akhirat mereka. Mereka berlomba-lomba untuk bertemu dengan Rabb di ‘arsy sana. Dada mereka jika dibelah mungkin isinya Allah ‘azza wa jalla, nabi salallahu ‘alayhi wassalam di telaga kautsarnya dan jannah firdaus-Nya yang khusus dibuatkan Allah untuk para pejuang agama ini.

Kamu tahu ? kami disini justru mengisi waktu kami dengan nonton, music, makanan, dll.  Kami lupa kalau akhirat itu menanti kami. Ah iya bukan lupa tapi kami melupakan sepertinya. Malah kami disini enjoy dengan waktu luang kami yang diisi dengan khyalan. Begitujuga aku. Selalu mengkhayalkan yang bukan hak ku. Hak ? kamu paham tidak hak itu apa. Ah jikapun kamu paham, pasti kita berbeda pandangan. Kamu pasti berucap hak itu adalah kalimat syahadah dimana tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah ‘azza wa jalla.

Kami disini berpandangan hak itu ada di pasal 27 dan 28 UUD 1945. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, berhak memeluk agama, berhak mengerluarkan pendapatnya dan masih serentetan hak lainnya yang kami anggap itu hak kami sebagai warga negara. Itu pandangan hak menurut kami. Berbeda bukan ? iya pasti berbeda. Aku telah katakan diawal paragraph sebelum ini, pasti pandangan hak kita berbeda. Iya, kamu mesti tahu. Negara ku ini, negara yang kucintai ini adalah negara yang menuhankan UUD 1945 dan pancasila. Bayangkan saja hukum buatan manusia yakni nenek moyang kami dijadikan pedoman bangsa. Lucu bukan ? manusia yang sejatinya tidak ada daya dan upaya terhadap apapun di dunia dan akhirat  diagungkan di negeri ku ini. Padahal ketika dahulu kami dijajah para nenek moyang kamipun terus berdoa dalam bibirnya ketik berjihad melawan penduduk belanda dan jepang. Kamu tahu bung tomo ? ah aku yakin kamu tidak mengenal. Karena dia hanya manusia biasaa pahlawan kami yang meneriakkan kalimat takbir ketika berperang melawan penjajah.  Tapi kini,,, kalimat itu sudah jarang didengar dari teman-teman disini. Kecuali ketika moment lebaran iedul fithri dan idhul adha dari speaker masjid-masjid rumah kami. Kami disini dibina oleh pemimpin negeri ini menjadi pemuda bermental seng. Kamu tau pasti benda yng bernama seng itu. Seng itu tipis, ketika kena air berkarat dan ketika berkarat mudah rapuh. Kami didik di sekolah hanya mengetahui hak sesama manusia saja. Tapi tidak diberitahu bahwasnya ada hak yang lebih besar dari itu, yakni mengagungkan Rabb kami dan Rabb kalian juga disana. Rabb yang senantiasa menjaga kita dan memberi kasih sayangNya sampai kapanpun.

Kami disini selalu menganggungkan persatuan dan nasionalis. Yang kata mereka akan menyatukan daan membangun negeri ini. Kenyataannya semakin kesini, para saudaraku semakin jauh dari bersatu. Malah kami mulai bersitegang memerebut wilayah kepemimpinan. Kami menjadi ribut soal ini semua. Dan padaa akhirnya kamipun lupa bahwasanya dunia ini hanya selebar sayap nyamuk dan sehina bangkai kambing yang cacat dan hitam. Kami lupa bahwasanya si manusia paling sempurna di dunia ini telah menceritakan banyak kisah kaum yang hancur lebur karena kekuasaan. Ah iya aku ingat, negara kalian yang sedang konflik disana bukankah juga disundut atas ketamakkan musuh kita mengambil wilayahmu dan benar-benar bertekad mengubah aqidah kita. Aku lihat kamu begitu gigih mempertahankan itu semua. Aku pun berharap diri ini dan saudara-sudaraku disini ketika ditimpa perang seperti di negara kalian, kami bisa bertahan dengan aqidah yang kuat seperti kalian disana. Sebentar, aku ingin bercerita tentang sepenggal pembicaraanku dengan kakak iparku kemarin. Dan mungkin ini bermanfaat buat saudara-saudaraku. Ah iya, saudara ku ini. Laki-laki awam yang terbilang tidak taat, tapi hatinya baik. Mudah-mudahan Allah memberikan kami hidayah islam dan sunnah.

“gaza itu ternyata tinggal sedikit ya wilayahnya. Yang heran kenapa negara yahudi itu dengan senjata supernya dan dibeckingin sama AS tidak bisa langsung saja membumi hanguskan wilayah secuil itu.”

Aku terdiam dan baru terpikirkan akan hikmah yang begitu besar atas pernyataan itu. Kamu pasti lebih paham dari kami yang dari usia dasar selalu diberikan pelajaran UUD. Aku termenung atas banyak postingan-postingan di dunia maya yang menyatakan kalian harus hafal Q.S Al Anfal. Aku kembali membuka shirah nabi salallahu ‘alayhi wassalam. Aku ingat sekali kisah nabi tercinta kita itu memasang badan di depan kafir quraisy demi menegakkan agama ini ranum di muka bumi ini. Seorang diri tanpa ibu dan ayah, harus rela menebus raga demi perintah Rabb kita. Kalian sungguh bangsa yang hebat, mampu mencontoh nabi, mempertahankan aqidah demi ranumnya agama kita ini. Aku sungguh terenyuh melihat arti QS. Al Anfal. Sungguh Rabb kita akan menolong agama ini. Iya Dia di ‘arsy sana tidaak akan diam melihat perlakuan orang-orang kafir yang mendustai agama yang mulia ini.

“maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (Q.S. Al Anfal :17)

Sungguh besar bukan kekusaan Rabb kita. Dia di ‘arsy sana tidak akan diam atas makar-makar kaum yahudi wa nahsoro. Dia akan memperlihatkan pada kita azab bagi kaum kuffar sedikit demi sedikit hingga kemenangan yang kita peroleh terlihat dengan baik. Jangan takut kawan, kalian disana menjadi senjata ampuh bagi kami untuk transaksi jual beli kami pada rabb ‘azza wa jalla. Kami berjual beli dengan doa-doa kami untuk kalian dan dengan sedikit materi kami. Ah iya, sungguh amat sedikit sekali. Dan kami (terutama aku) sedih melihat diri ini jauh dari semangat kalian dalam memperoleh jannah-Nya.

-Jakarta, 9 syaawal 1435-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar