Menghitung
kembali apa yang sudah berlalu. Mentari disini sudah mulai menampakkan
wajahnya. Dengan diiringi suhu yang dingin, mentari mulai berjalan jingjit
menunjukkan taring kecilnya. Langit duduk malas diatas sana. Merenung penduduk
bumi yang semakin beringas meraih dunia ini. Tidak beringas tetapi juga tamak. Padahal
dunia pun sudah menyiapkan amunisi tertajamnya bagi siapa saja yang tamak akan
dirinya. Peluru-peluru berdesingan mencari sasaran yang dilepaskan oleh si
empunya. Tak ada yang dapat disasarkan maka sang gedung menjadi tumpuan
terakhir sang desingan peluru. Justru sasaraan ini merupakan sasaran tepat bagi
sang peluru. Semua berjatuhan hingga tak
lagi dikenal sang rupa milik siapa dan jasad siapa.
Sambil
bertelekkan tangan di muka, hari ini udara berdamai dengan kota ini. Berdamai dengan
penduduk muka bumi ini untuk bernafas dengan teduh di sela dinginnya udara. Memikirkan
masa depan memang tak ada habisnya. Memikirkan ini justru menghabiskan waktu
masa depan. Ada sekumpulan anak disana justru bukan masa depan yang mereka
pikirkan, tapi mereka memikirkan masa akhirat mereka. Mereka berlomba-lomba
untuk bertemu dengan Rabb di ‘arsy sana. Dada mereka jika dibelah mungkin
isinya Allah ‘azza wa jalla, nabi salallahu ‘alayhi wassalam di telaga
kautsarnya dan jannah firdaus-Nya yang khusus dibuatkan Allah untuk para
pejuang agama ini.
Kamu tahu ? kami
disini justru mengisi waktu kami dengan nonton, music, makanan, dll. Kami lupa kalau akhirat itu menanti kami. Ah iya
bukan lupa tapi kami melupakan sepertinya. Malah kami disini enjoy dengan waktu
luang kami yang diisi dengan khyalan. Begitujuga aku. Selalu mengkhayalkan yang
bukan hak ku. Hak ? kamu paham tidak hak itu apa. Ah jikapun kamu paham, pasti
kita berbeda pandangan. Kamu pasti berucap hak itu adalah kalimat syahadah
dimana tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah ‘azza wa
jalla.
Kami disini
berpandangan hak itu ada di pasal 27 dan 28 UUD 1945. Setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan, berhak memeluk agama, berhak mengerluarkan
pendapatnya dan masih serentetan hak lainnya yang kami anggap itu hak kami
sebagai warga negara. Itu pandangan hak menurut kami. Berbeda bukan ? iya pasti
berbeda. Aku telah katakan diawal paragraph sebelum ini, pasti pandangan hak
kita berbeda. Iya, kamu mesti tahu. Negara ku ini, negara yang kucintai ini
adalah negara yang menuhankan UUD 1945 dan pancasila. Bayangkan saja hukum
buatan manusia yakni nenek moyang kami dijadikan pedoman bangsa. Lucu bukan ?
manusia yang sejatinya tidak ada daya dan upaya terhadap apapun di dunia dan
akhirat diagungkan di negeri ku ini. Padahal
ketika dahulu kami dijajah para nenek moyang kamipun terus berdoa dalam
bibirnya ketik berjihad melawan penduduk belanda dan jepang. Kamu tahu bung
tomo ? ah aku yakin kamu tidak mengenal. Karena dia hanya manusia biasaa
pahlawan kami yang meneriakkan kalimat takbir ketika berperang melawan
penjajah. Tapi kini,,, kalimat itu sudah
jarang didengar dari teman-teman disini. Kecuali ketika moment lebaran iedul
fithri dan idhul adha dari speaker masjid-masjid rumah kami. Kami disini dibina
oleh pemimpin negeri ini menjadi pemuda bermental seng. Kamu tau pasti benda
yng bernama seng itu. Seng itu tipis, ketika kena air berkarat dan ketika
berkarat mudah rapuh. Kami didik di sekolah hanya mengetahui hak sesama manusia
saja. Tapi tidak diberitahu bahwasnya ada hak yang lebih besar dari itu, yakni
mengagungkan Rabb kami dan Rabb kalian juga disana. Rabb yang senantiasa
menjaga kita dan memberi kasih sayangNya sampai kapanpun.
Kami disini
selalu menganggungkan persatuan dan nasionalis. Yang kata mereka akan
menyatukan daan membangun negeri ini. Kenyataannya semakin kesini, para
saudaraku semakin jauh dari bersatu. Malah kami mulai bersitegang memerebut
wilayah kepemimpinan. Kami menjadi ribut soal ini semua. Dan padaa akhirnya
kamipun lupa bahwasanya dunia ini hanya selebar sayap nyamuk dan sehina bangkai
kambing yang cacat dan hitam. Kami lupa bahwasanya si manusia paling sempurna
di dunia ini telah menceritakan banyak kisah kaum yang hancur lebur karena
kekuasaan. Ah iya aku ingat, negara kalian yang sedang konflik disana bukankah
juga disundut atas ketamakkan musuh kita mengambil wilayahmu dan benar-benar
bertekad mengubah aqidah kita. Aku lihat kamu begitu gigih mempertahankan itu
semua. Aku pun berharap diri ini dan saudara-sudaraku disini ketika ditimpa
perang seperti di negara kalian, kami bisa bertahan dengan aqidah yang kuat
seperti kalian disana. Sebentar, aku ingin bercerita tentang sepenggal
pembicaraanku dengan kakak iparku kemarin. Dan mungkin ini bermanfaat buat
saudara-saudaraku. Ah iya, saudara ku ini. Laki-laki awam yang terbilang tidak
taat, tapi hatinya baik. Mudah-mudahan Allah memberikan kami hidayah islam dan
sunnah.
“gaza itu
ternyata tinggal sedikit ya wilayahnya. Yang heran kenapa negara yahudi itu
dengan senjata supernya dan dibeckingin sama AS tidak bisa langsung saja
membumi hanguskan wilayah secuil itu.”
Aku terdiam
dan baru terpikirkan akan hikmah yang begitu besar atas pernyataan itu. Kamu pasti
lebih paham dari kami yang dari usia dasar selalu diberikan pelajaran UUD. Aku termenung
atas banyak postingan-postingan di dunia maya yang menyatakan kalian harus
hafal Q.S Al Anfal. Aku kembali membuka shirah nabi salallahu ‘alayhi wassalam.
Aku ingat sekali kisah nabi tercinta kita itu memasang badan di depan kafir
quraisy demi menegakkan agama ini ranum di muka bumi ini. Seorang diri tanpa
ibu dan ayah, harus rela menebus raga demi perintah Rabb kita. Kalian sungguh
bangsa yang hebat, mampu mencontoh nabi, mempertahankan aqidah demi ranumnya
agama kita ini. Aku sungguh terenyuh melihat arti QS. Al Anfal. Sungguh Rabb
kita akan menolong agama ini. Iya Dia di ‘arsy sana tidaak akan diam melihat
perlakuan orang-orang kafir yang mendustai agama yang mulia ini.
“maka
(sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh
mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah
yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi
kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh Allah
Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (Q.S. Al Anfal :17)
Sungguh besar
bukan kekusaan Rabb kita. Dia di ‘arsy sana tidak akan diam atas makar-makar
kaum yahudi wa nahsoro. Dia akan memperlihatkan pada kita azab bagi kaum kuffar
sedikit demi sedikit hingga kemenangan yang kita peroleh terlihat dengan baik. Jangan
takut kawan, kalian disana menjadi senjata ampuh bagi kami untuk transaksi jual
beli kami pada rabb ‘azza wa jalla. Kami berjual beli dengan doa-doa kami untuk
kalian dan dengan sedikit materi kami. Ah iya, sungguh amat sedikit sekali. Dan
kami (terutama aku) sedih melihat diri ini jauh dari semangat kalian dalam
memperoleh jannah-Nya.
-Jakarta, 9
syaawal 1435-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar