Jumat, 02 Januari 2015

Maafku untuk saudariku


Hari ini udah masuk januari dua rebu lima belas. Artinya kita semua tau, waktu akan terus menggiring kita pada titik akhir. Titik dimana masing-masing dari kita tidak ada yang tahu. Di titik mana kita akan berhenti. Titik positif atau negative.

Ceritanya lagi pengen nulis aja tentang dua kata yang kalo digabungin artinya suatu dimana kondisi dua atau lebih orang menafsirkan dengan pandangan yang berbeda. Pandangan yang masing-masing menganggap dari kita benar. Padahal kebenaran hanya ada satu. Yaitu ilmu.

Dari gue kuliah, gue emang orang yang dipandang sebagai manusia yang paling banyak salahnya. Orang yang paling banyak dibenci. Meskipun di depan mereka tersenyum tapi di belakang mencibir. Ah apa mungkin itu perasaan gue aja. Atau bener kata temen gue, gue ini LEBAY.

Tapi gue gak mau ambil pusing dengan pandangan orang. Gue dari dulu kalo ada orang yang ngerasa gue punya banyak dosa . satu hal yang bisa gue lakuin yaitu minta MAAP. Gue ga bisa ngelakuin apa-apa selain minta maap. Dan mendoakan diri gue agar menjadi orang yang sabar. Menjadi seperti nabi yusuf ‘alayhissallam yakni ketika merasa kecewa, kesel, marah, jengkel dll. Yaitu diam tanpa menimbulkan atau meluapkan perasaan marahnya itu. Trus Allah nyuruh sabarlah kamu dengan sabar yang baik. Sabar dimana kita tidak hanya mengucapkan saabar tapi juga memasang wajah yng penuh kelembutan.

Banyak banget ucapan yang melekat dalam diri gue seperti PHP (pemberi harapan palsu), bikin orang kesel, pencitraan, ujian kesabaran orang, sok kece, dst dst. ada rasa sedih, ada juga rasa senengnya. gue ketawa lepas. karena gue tau kalian bercanda. tapi kadang suka berasa jleb juga. hehe

Dan gue amat bersyukur atas pelabelan itu semua. Dengan begitu Allah menegur gue secara gak langsung untuk berhati-hati dalam berbuat. Jangan sampe banyak orang yang terkena sifat buruk gue. Gue juga bersyukur, atas ucapan itu semua. Gue semakin deket sm Allah. Allah tempat curhat gue, Allah tempat meminta gue, Allah tempat segaala keluh kesah gue.

Iya gue akuin salah, gue emang banyak salah. Gue gak akan ngulangin perbuatan gue itu lagi dengan mengumbar kata-kata pengen kesini, pengen kesitu. Cukuplah gue bilangnya ke Allah aja, biar gak ada yang nganggep ucapan gue itu serius.

Gue Cuma ngungkapin, tanpa berani melakukan. Gue takut sama Allah, dengan bermudah-mudahan seorang wanita keluar rumah tanpa keperluan syar’I apalagi tanpa mahraam. Iya gue takut karena ayat ini udah gue lafalkan baru-baru ini :

“wahai orang-orang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?”
“amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”
(Q.S AS SHAFF : 2-3)

Gue masih inget banget yang diucapin kk mentor gue, yaitu murid kita itu akan mengerjakan apa-apa yang kita kerjakan dan meninggalkan apa-apa yang kita tinggalkan.

Kalo bekerja bukan lagi karena Allah, maka hiburan yang akan kita cari adalah kemaksiatan. Nonton, jalan-jalan. Dst dst. Hiburan yang kita pilih adalah bukan tempat-tempat kajian. Padahal hanya dengan mendengarkan ayat-Nya lah hati menjadi tenang.

Iya gue bukan sok alim. Bukan. Gue Cuma takut sama Allah. Pantaskah Dia yang Maha agung , Maha Mulia, kita dustakan dengan kemaksiatan kita. Padahal hidup kita hanya sebentar.

Coba kita lihat di posisi orang yang kita kecewakan .

Iya gue ngaku salah. Gue ngaku salah karena ucapan gue yang kelewat batas menurut klian. Tapi udah gue jelasin, gue bingung karena. Apakah hal ini dibenarkan ?

Gue orang yang lemah, karena gue takut azab Allah.

Gue selalu terngiang-ngiang hadits nabi yang menyatakan bahwasanya tertawa itu banyak mematikan hati. gue takut, ketika gue ketawa gue lupa. krn ketika itu tak jarang kita lupa menyebut asma Allah. memuji Allah yang telah memberikan kebahagiaan dlm hati kita. kadang kita lupa. dan gue pun baru sadar setelahnya. pas perjalanan pulang.

Gue takut itu ~~~

Gue takut suatu ketika hati gue mati karena tertawa yang berlebihan ~~~

aku yang mencintai kalian karena Allah ta'ala...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar