Pagi ini, sinar mentari bersembunyi berjinjit malas dari
persembunyiannya.
Jika dulu kita sungguh riang bermain bersama teman, itu pertanda kita
sudah mulai mengenal lingkungan luar kita. Yang kita pikir itu adalah sebuah
perasaan bahagia tak terhingga karena kita tidak melulu bermain dengan seorang
wanita yang suaranya selalu terngiang di telinga kita tiap detik. Dari mata
kita mulai terpejam hingga terbuka menatap mentari.
Aku pikir hal yang sangat menyenangkan adalah bermain dan menghabiskan
waktu bersama teman-teman. Karena semua yang ada di dalam benak kita sama. Satu
tujuan. Bermain hingga larut mentari kembali ke persembunyiannya. Menghabiskan waktu
dengan suara-suara renyah dari mulut-mulut yang beragam bentuknya. Bertukar ide
konyol untuk menghabiskan waktu hingga kita lupa ada waktu yang dimiliki
seorang wanita disana untuk kita tapi kita abaikan.
Angin semilir berhembus ke kulit tipisku. Kami semua tertawa lepas. Mengeluarkan
semua tenaga bersama-sama untuk satu tujuan. Membasahi tubuh dengan keringat
dan air minum yang kita tenggak karena energy terkuras habis untuk memutarkan
dua roda yang akan mengantarkan tubuh kita. Bersam-sama saling mengejek,
berlomba memacu pedal agar mencapai finish pertama.
“HAHAHA,,,” suara kami memecah sunyinya jalan kereta. Memecah angin yang
menyibak dahan-dahan pohon di pinggir rel kereta.
Hari itu waktu kami benar-benar habis di tengah jalan. Tidak hanya waktu
tapi uang receh yang diberikan ibu kami pun habis. Sepertinya hari-hariku dan
teman-temanku hanya bertema menghabiskan. Dari waktu hingga suara kamipun
habis.
Waktu saat ini menyadarkanku dari habitatku. Yang sejatinya tempat
menghabiskan waktu seharusnya adalah pada
seorang wanita yang benar-benar menghabiskan waktunya untukku. Wanita yang
sampai detik ini aku selalu rindukan, tak ingin kehilangan sedikitpun. Wanita yang
ingin aku berikan mahkota ketika di akhirat kelak. Karena aku saadar, teman
sejaatiku saat ini hanyalah ibuku. Wanitaku yang aku selalu ingin tangisi
ketika harus pulang terlalu larut sore. Waktu menyadarkanku siapalah sahabat
sejatiku. Di saat waktu menyibakkan peristiwa yang satu per satu membuatku
merasa kehilangan. Kehilangan suara-suara yang menghias waktuku. Suara-suara
yang menghabiskan waktuku di teriknya siang. Suara-suara yang memecahkan
senjaku.
Don't leaving me mom, jangan tinggalkan aku di saat teman-temanku meninggalkanku
bersama seseorang yang akan menemaninya sepanjang hayatnya.
please, don't leaving me mom, jangan tinggalkan aku di saat tubuhku tak mampu menopang
rasa perihnya sakit yang singgah di tubuhku.
Senja, sudah mulai beranjak. Aku tersadar. “Apalah artinya hidupku
tanpamu ibu”
Maaf numpang komentar... #gakserius
BalasHapusya ampun sampe juga kesini. maaf kalo tulisannya merusak mata
Hapusya ampun sampe juga kesini. maaf kalo tulisannya merusak mata,,hhe
Hapus