Senin, 15 Februari 2016

kisah gadis tak bertuan


pagi ini bumi sunyi, sepi. seperti biasanya. suasana rumah gadis ini penuh kesunyian. tak ada keramaian sedikitpun. jika hari mulai gelap gulita, rumah ini pun begitu bertambah sunyi. hanya suara-suara jangkrik dan dedaunan yang ditiup angin semilir. setiap hari pula gadis ini bermain bersama rutinitasnya. bekerja di ladang, mencuci, dan beristirahat. tak ada yang istimewa atas kehidupan gadis ini. gadis tak bertuan di negeri antah berantah.
berkali-kali itu pula keinginan gadis ini ingin melihat dunia luar, tapi tak mampu dirinya memaksa takdir mengubah hidupnya. tiap hari dia buka berlembar lembar catatan. catatan rahasia sepanjang hidupnya. mencatat kejadian setiap hari tanpa bosan ataupun jenuh.
kali ini ada seseorang yang datang mempir ke rumah tak bersuara itu. dia mencoba melongok tanpa serius masuk ke dalam. menyapa pun tidak, apalagi berniat bersilaturahmi ke dalamnya. dilihatlah dia oleh gadis ini. perasaan gadis ini hanya datar tak bereaksi. tak beraksi apapun dan tak bergeming apapun. karena dia tahu, pasti orang-orang yang datang ke rumahnya hanya penasaran tanpa ingin tahu dan mengenal orang yang tinggal di dalamnya.
pagi ini, gadis tak bertuan ini hendak melakukan rekreasi bersama temannya. angin. namanya angin. angin ini sering berkunjung ke rumahnya. menghidur dirinya dengan menampilkan tarian daun-daun yang jatuh ke tanah. menggoyangkan dahan-dahan yang kokoh. hingga membuat pertunjukkan drama kolosal tanpa suara.
kali ini, angin menemaninya pergi berekreasi ke taman yang indah. langit menghampar diatas, awan berjajar tipis, dan cahaya mentari menyorot bak lampu neon raksasa di desa sebelah. rencananya adalah menggambar langit. langit begitu tinggi tak teraih. maka dari itu gadis ini hanya ingin melukis langit saja. mungkin dengan begitu hatinya tersampaikan untuk meraih langit. meski meraih melalui sebuah kuas kecil yang terbuat dari ranting yang jatuh kemudian ditempel dengan bulu kapas yang bertebaran di sepanjang jalan rumahnya.
“langit, tahukah kamu? aku merindukanmu. aku tak pernah bosan untuk berdoa kepada-Nya agar Dia mau menerima permintaanku untuk bertemu dan meraihmu. “ ucap gasi ini pada langit sambil menatap biru yang teduh.
“langit, aku tak pernah mau mengenal siapapun itu. aku hanya inginkan kamu. karena, betapapun bodohnya diriku, buruknya rupaku. kamu tidak akan pernah berkomentar soal kekuranganku.”sambungnya.
“cukup hei, kamu akan segera melukisnya kan? sebelum langit berubah menjingga” ucap angin dengan meniupkan pada pipinya dengan dahan yang jatuh dari pohon.
gadis itu mulai mencoba menggoreskan warna biru. entah apap yangdia goreskan. yang dia lihat, langit hanya berwarna biru. tak perlu warna lain di sisinya. semua kanvasnya berwarna biru. entah apalagi yang akan digoreskan warna diatasnya. matanya melihat tajam warna. mencoba berbicara pada warna. seolah mengatakan : “warna tataplah aku pula. seorang gadis tak berteman dengan siapapun”
hari ini, waktu melukis langitnya telah habis. warna biru yang dimilikinya pun telah hampir habis. hingga matanya habis berkata-kata. mengapa aku selalu seperti ini. hidup tak pernah memiliki teman.
langit di kanvasnya pudar berwarna putih bercampur biru. bercampur air matanya yang mulai mendarat di atas kanvasnya. menangisi kehidupannya yang tak berani keluar rumahnya. tak memiliki nyali untuk mengubah takdir. layaknya seorang putri di singgasana yang dikurung di lantai paling atas.
rupanya hari ini langit mendengar isi hatinya. langit turut larut atas lukisannya. hingga tak mampu memendam rasa. tak mampu memendam hujan. maka hujanlah hari itu.  tanah-tanah coklat berhamburan. daun-daun basah dan mengharumkan bau basah.
gadis itu turut gembira. gembira karena ia mampu menyembunyikan air matanya dari tatapan hewan-hewan kecil. sehingga makhluk hidup hari ini bersorak sorai menyambut hujan. bergembira di bawah rinaian hujan. bergembira bersama gadis itu. berlari-lari jingkat dengan tetesan hujan yang turun. bersama angin yang meniup seluruh awan ke desa itu.
sepanjang perjalanan. ada dua kegembiraan hari itu. kegembiraan pohon dan hewan menyambut hujan dan kegembiraan gadis itu untuk tidak perlu menutupi air matanya yang larut bersama hujan.
to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar