Minggu, 30 Januari 2011

sambungan celoteh perjuangan ind,,raja


Tugas hari  ini adalah menganalisis mana bentuk yang tinggi dan yang pendek. Ada delapan lingkaran disana tertera. Dosen menyuruh menggunakan alat stereoskop saku mungil ini. Sayangnya keberadaan benda nan mungil ini hanya tersedia beberapa buah. Dan beberapa buah ini dipergunakan oleh ratusan mahasiswa dari semua angkatan, bagi yang mengambil mata kuliah ini. Berhubungan dengan pemetaan. Semua harus memiliki sikap sigap. Sigap seperti masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Namun, terkadang masyarakat yang tinggal di daerah ini tak pernah tanggap akan bahaya yang suatu saat terjadi di tempat tinggalnya. Tahukah kamu, ada suatu film simulasi bencana yang dibuat oleh salah satu universitas terkemuka di negeri ini. Kreatif memang, namun sayang mungkin tak sampai film ini kepada masyarakat yang tinggal di tempat rawan bencana yang sangat memerlukannya, karena terbatasnya sarpras menuju daerah ini. Mengikuti matakuliah yang memang tak terlalu kami hiraukan namun sangat kami sukai akan pembawaan dosen ini berceramah di depan para audiens terhormat.
Kali ini beliau membawakan sebuah film yang kami tunggu-tunggu, film kisah pasangan tsun dan ami. Kisah yang berawal aku hiraukan, sungguh mengantuk awal menonton ini. Bagai menonton orang yang berpidato tak karuan, lagak DPR tak punya ilmu. Kisah seorang laki-laki terpelajar yang mengunjungi sebuah desa, yang rawan akan bencana. Suatu saat desa ini terserang isu transmigrasi menuju tempat yang aman. Ada sebagian kalangan penduduk yang tidak ingin dan ada pula yang sangat antusias akan rencana ini, karena selalu diserang dengan rasa was-was, membuat hidup menjadi tak nyaman. Makanpun tak nyaman. Serrius sekali aku dan teman-teman saat melihat adegan ini. Cerita ini pun diselingi oleh kisah sang pria terpelajar ini dengan gadis desa bernama ami. Garing terasa. Gadis ini ingin dijodohkan oleh pilihan ayahnya, dan ia memilih kabur. Ternyata sang ayah adalah sang kepala desa. Si sang terpelajar ini ternyata mulai tahu akan masalah yang terjadi, karena dia diajak keliling oleh pak kades ini. Tak terlalu detail kkuingat dan memang sarat akan ilmu kejadian yang kuingat saat itu. Pada saat peristiwa inilah yang sangat kuingat. Ketika sang tokoh utama, tsun, ami, pak kades, dan masyarakat duduk bersama, membicarakan perkara ini. Yang menjadi bulan-bulanan penduduk setempat.
          Si tokoh utama ini menjelaskan bahwa bencana harus dijadikan sebagai teman, ketika alam mulai terasa tak seperti biasa. Kita yang harus mengindentifikasi bahwasanya ia sedang sakit yang suatu saat akan membuat kericuhan dan kerusakan di daerah tempat tinggal kita. Kita harus menjadi sahabatnya yang saling menguntungkan. Simbiosis mutualisme.  Kita mengambil namun kita pula yang merawatnya.  Dan ketika tsun dan ami bertemu, kita harus mengetahuinya dulu bagaimana karakteristik mereka seperti yang dilakukan para penduduk jepang, mereka tinggal di daerah rawan bencana paling tinggi, namun mereka telah mewaspadai dan menjadi sahabat mereka. Jadi, satu sama lain saling mengerti. Mungkin itu yang ku ingat ketika sikap kita harus selalu sigap atas sesuatu yang ada di hadapan kita. Streoskop.
Lucu bukan, cerita matakuliah lain sangat berhubungan dengan matakuliah ini, terutama aplikasi dari apa yang telah didapat.siaga. lebih lucu lagi ketika ratusan mahasiswa memperebutkan beberapa alat untuk mengerjakan tugas. Stereoskop. Sikap siaga ini harus diaplikasikan ketika mahasiswa harus dihadapkan dengan tugas yang membutuhkan stereoskop. Benda mungil ini bagaikan emas, mungkin lebih dari itu, bahkan berlian.
Selesai penjelasan dari pak dosen, kami mahasiswa dari universitas terbelakang akan sarana prasarananya langsung mencoba mengetes kemampuan fungsi organ mata. Memeriksa apakah ada kelainan pada organ yang satu ini. Ada dua penanggung jawab untuk mata kuliah ini. tidak hanya mata  kuliah ini saja Pjnya di berikan dua orang, namun mata kuliah lain pun diberikan dua agar tidak bertumpu pada satu orang ini saja. Dan terpenting adalah semua orang mendapatkan tanggungjawab, bekerja untuk kepentingan kuliah bersama. Aku sangat salut dengan dua orang ini, cantik pintar dan sigap. Sigap menghadapi bapak yang satu ini. Yang satu meminjam stereoskop dan yang satu lagi mencari foto copy xerox. Ternyata tak hanya sampai pada benda satu ini kami dibuat repot dalam praktik dan tugas-tugasnya.  Satu kata benda yaitu xerok (baca: serok). Kammi dibuat  bingun g oleh masalah teknis bernama xerox ini. Berawal dari langkanya toko yang membuka foto copyan xerox ini di kampus. Temanku dibuat sangat repot demi keberlangsungan mata kuliah ini. Mencari kesana kemari. Lelah terpancar dari raut wajahnya ketika sampai pada kelas, membawa stumpuk kertas foto copyannya.
Xerox ini dipakai agar gambarnya jelas, singkat yang kuingat dari celotehan dosen satu ini.  Dan selain itu harganya pun berbeda jauh dari fotocopy biasa. Perbedaannya adalah pada hal teknis mencopy di mesinnya. Pada xerox, kertas yang dicopy tak lantas diangkat dengan cepat, namun ditunggu dengan sabar pada waktu kertas keluar setelah dicetak. Seperti seorang pelayan salon, yang setia menunggu kliennya rapih setelah ia permak. Hasilnya, menakjubkan bagi kami, walaupun tak ada perbedaan yang terlalu signifikan. Meskipun begitu, bagi orang yang sangat teliti terlihat bahwa warna hitam yang di kertas sangat nyata. Fotocopy xerox ini, memerlukan perawatan yang sangat serius. Bak putri raja, yang tak boleh sedikitpun terlihat kusam. Dekil ataupun kotor. Sama halnya dengan kertas yang satu ini.sang ratu xerox. Tak ada kata lecek,dekil,kotor, dan segala macam rupa yang bisa mengacaukan penelitian kami melalui sang benda mungil ini, stereoskop.
Berkali-kali dosen mata kuliah lain, kali ini berhubungan dengan laut. Mengingatkan mahasiswanya untuk bisa berfasih ria mengucapkan bahasa inggris, tak terkecuali denganku. Menurutnya, bahasa inggris kunci kita untuk menjadi guru yang berkualitas. Billingual language. Agar kami menjadi guru yang berkompeten. Tak hanya mengajarkan anak didik kami menjadi punggawa harta karun yang kami  miliki, namun menjadi raja di negeri sendiri. Sialnya, kami tak terlalu begitu paham akan bahas inggris, dan kali ini bahasa inggris dengan ilmu pengetahuan bidang geografi. Satu katapun mempunyai arti yang sangat berbeda dalam makna bidang ini. Seperti water soil dengan groundwater. Mungkin orang bidang  bahasa inggris asli ataupun orang yang bahasa inggrisnya secuil, menngartikan dengan arti yang sama. Tidak bagi kami. Watersoil dan groundwater sangat berbeda dalam bidang geografi. Water soil sebagai air tanah yang berada pada kedalaman yang dapat dijangkau oleh akar tanaman, namun groundwater sebagai air tanah yang berada pada kedalaman tertentu yang dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai sumber air minum dan biasanya jika ia tertekan lalu keluar dengan sendirinya dinamakan sumur artesis. Begitu kurang lebihnya yang kutahu. Rumit memang. Mata kuliah ini mempunyai 2 buku pegangan, 1 berbahasa indonesia dan satunya berbahasa inggris. Lagi-lagi bapak dosen yang satu ini menginginkan kami jungkir balik untuk paham akan makna materi yang ada di buku bahasa inggris. Wajib untuk dikerjakan dan beberapa tugas diambil dari buku copyan sang ratu xerox ini. Tinggallah aku mentranslate bahasa asing ini dengan penuh kesabaran.
Tugas awal yang diberikan bapak satu ini, menimbbulkan berbagai macam kerepotan. Mungkin karena kami yang selalu menunda-nunda tugas terselesaikan. Atau sedikitnya sang benda mungil ini tersedia. Stereoskop. Diantara kami, ada yang masih menjajal mata, apakah ada kelainan atau tidak. Ataupun kemarin tidak sempet mengetest kemampuannya.  Esok, akan ada pertemuan babak selanjutnya pada kelas mata kuliah ini. Dan sore ini, kami semua kelabakan karena belum menyelesaikan tugas awal ini. Menurut PJ matakuliah ini, alat harus dikembalikan sebelum jam 4 sore. Sedangkan banyak anak yang belum menyelesaikan tugas mereka. Tak ada waktu lagi, selain mempaste hasil pekerjaan anak-anak beruntung yang dapat menyelesaikan sendiri dengan tenangnya. Perlu diketahui mengerjakan tugas pembukaan ini bagiku sangat membuat hati dan otak gregetan, karena jika pertama kali harus konsentrasi. Mata harus fokus, jika tidak. Siap-siaplah menunggu berjam-jam untuk mendapati dua gambar objek ini menjadi satu objek. Bagi yang tidak biasa, siap-siaplah merasakan pusing kepala. Seperti yang terjadi pada diriku. Pusing sekali. Ditambah keesokkan harinya mataku bengkak, tak tahu penyebabnya. Ada dua kemungkinan, pertama karena memaksakan mata bekerja dan kedua adanya debu yang masuk ke dalam bola mata. Mengenaskan. Selesailah tugas pembukaan ini, dengan hasil yang kurang memuaskan bagiku.
Tak ingat persis diriku akan sudah berapa kali ini pertemuan berlangsung, dalam kelas yang sama. Seperti biasa, dosen masuk dengan wajah sedrhana. Tak ada yang istimewa, begitupula dengan kami para audiens. Bapak dosen kali ini menjelaskan bagimana kita menginterpretasi suatu bentuk lahan. Kali ini sangat berhubungan dengan matakuliah lain yaitu geomorfologi. Suatu cabang ilmu geografi fisik yang mengkaji segala macam bentuk lahan, dari bentuk lahan yang terjadi di iklim arid seperti di beberapa bagian asia tengah dan afrika sampai bentuk lahan di iklim tropis. Tugas kedua ini membuat sama persisnya dengan tugas pembuka yaitu melelahkan. Perlu kita sadari, indonesia mempunyai beragam bentuk lahan. Sangat menarik jika dipelajari dengan detail pada matakuliah teknis ini, namun sayang. Sudah ku ceritakan di awal, buku suci panduan tugas matakuliah ini adalah in english. Orang asing yang menulisnya, jadi otomatis bentuk lahan yang diinterpretasi  adalah bentuk lahan di wilayah luar negeri. Seperti amerika,  tugas yang kali ini aku emban. Danau michigan. Lagi-lagi terbentrok akan masalah satu alat mungil nan berharga ini. Stereoskop. Semua mahasiswa yang mendapatkan tugas ini, diwajibkan untuk menggunakan alat yang satu ini. Berharganya terletak pada, bagaiman bentuk objek yang kita ambil dalam penginterpretasiannya. Rumit. Bagaimana kita menggambar kembali bentuk tiga dimensi itu dalam dua dimensi. Hasilnya harus menjadi tolok ukur apakah yang kita bentuk benar merupakan suatu lahan, tentunya dengan pola dan simbol tertentu dalam pemetaan yang sudah dibakukan oleh para ahli geograf dalam bidang pemetaan.
Semua mahasiswa masing-masing mengambil langkah, serius dan acuh yang pada akhirnya harus ketar-ketir mengerjakan tugas ini. hari ini semua sudah berusaha dengan baik.termasuk aku. Dosen yang berdiri di depan mangambil satu  Persatu tugas yang telah kami kerjakan. Dalam hati , semoga aku bukan menjadi orang yang kurang beruntung. Nasib berkata lain. Kali ini giliran milikku. “coba dilepas kertas putihnya, coba lihat ini berbentuk apa” celoteh sang dosen sambil memamerkan karyaku.miris, seperti jajaran cacing hitam membujur di atas plastik transparan itu. Semua pekerjaan kami, menurutnya kurang. Akhirnya beliau menjelaskan kembali sampai detail.  Awalnya hanya menunjukkan wajah sangat mengerti ketika ditanyakan apakah sudah mengerti semua penjelasan yang diberikan. Wajah polosku hanya menunjukkan tanda sangat mengerti, namun hatiku menunjukkan : sungguh saya bingung pak !. ketika melihat wajah sebagian temanku pun sebagian menunjukkan hal yang sama. Diam membisu tak jelas, apakah telah telah mengerti atau tidak. Suram. Dosen bijaksana inipun telah mengerti bagaimana respon kami. “ya sudah, mengerti tidak mengerti harus dimengerti” ucapan pasrah terhadap para audiensnya. Selesai beliau keluar, kami langsung mengerubungi dua asisten pengajarnya. Sungguh fenomena tak mengenakkan.  Kebanyakan dari kami sungguh sangat segan pada dosen utama, karena mungkin menurutku, sifat pembawaannya yang kaku akan segala macam aturan. Anda punya hak dan sayapun punya hak, prinsip beliau yang selalu dijunjung tinggi. Terutama pada aturan ujian akhir semester. Jika mencoba sekali menyalahi hak kita dan beliau, siap-siap saja bertemu dengan beliau pada tahun depan. Mirisnya pada matakuliah yang sama. Suram. Pernah suatu kali pada matakuliah tertentu, ada mahasiswa yang mencoba memakai sepatu sendal untuk mengikuti ujian akhir. “silakan sadar sendiri jika yang tak memakai perlengkapan tidak sesuai aturan keluar dari kelas.” Kami semua mematung diam tak ada celotehan suara-suara bahagia, semua mebisu”. Ternyata ia pun langsung melakukan sidak. Takdir beruntung dan tidaknya kami berada pada saat itu. Jika dalam keadaan takdir tak beruntung, kami semua mendapati nilai pengulangan tahun depan.miris. “mbak, itu sepatu atau sendal” tanya beliau. “sepatu sendal, pak” jawab mahasiswa yang tertangkap kamera cctv ini.alias mata tajamnya. “sudah tahu kan peraturan disini, untuk mengikuti UAS?”. Diam tanpa kata kali ini, mahasiswa tak beruntung itu. “anda punya hak untuk memakai sepatu sendal, namun sayapun punya hak untuk menerapkan peraturan yang tidak membolehkan sepatu sendal”. Langsung saja bapak dosen satu ini, mengucapkan suara mautnya kepadanya yang ampuh membuat mahasiswa langsung lemas tak berdaya. “silakan bertemu di tahun depan dengan saya”. Kaki mahasiswa tak beruntung ini langsung tancap gas dengan gontai menuju pintu kelas. Aku, lgsg membeku melihat peristiwa itu, tak membayangkan bagaimana jika peran utamanya saat itu adalah aku. Si mahasiswa tak beruntung kali ini. Bagaimana rencana kedepan ku yang sudah ku petakan sedemikian rupa, agar lulus dengan cepat. Ya, itulah takdir, tak pernah kita bayangkan. Sedikitpun peristiwa yang telah kita hampiri dalam labirin kehidupan kita atau masa depan yang akan datang tak sedikitpun tercontek oleh pikiran kita. Itulah hebatnya Tuhan. Tak tertandingi, Dia tak sedikitpun tak mau kita duakan. Karena memang, Dia sungguh Maha Sempurna.
Menurutku, dosen satu ini sangat istimewa. Sifatnya yang patuh akan peraturan membuat kita sangat disiplin akan semua hal. Peraturan dibuat untuk dipatuhi bukan untuk dilanggar. Itu sudah hukum alam. Peraturan membuat kita terarah dalam melaksanakan sesuatu. Membuat kita kuat akan segala macam peristiwa. Peraturan tak pernah salah, namun kitalah yang sering menyalahi aturan dan selalu peraturanlah yang disalahkan. Kali ini, tak mau ku menjadi orang buta tanpa arah. Semua tugas yang kukerjakan lantas ku tanyakan pada dua dosen ini, bagaimana pendapat beliau terhadap pekerjaanku. “ini gambar apa?” tanya sang dosen. “gambar  beting pantai pak”.jawabku sebagai mahasiswa tak tahu ilmu. Asal ceplos saja.tak beradab memang. “memangnya, apa pengertiannya beting pantai?” tanya sang dosen gemas padaku. “ehmm...” jawaban tak diinginkan, bayangkan saja. Sudah mengambil matakuliah geomorfologi dan dinilai lulus tak tahu deskripsi beting pantai atau bahasa asingnya beach ridge.memalukan, sangat memprihatinkan !. aku mencoba menjawab kembali “beach ridge pak, beting pantai. Bentuk lahan yang terjadi oleh proses marine, pak”.  Sungguh jawaban seorang yang tak tahu malu !. aku hanya menjawab dengan polosnya. Dosen menjelaskan ini itu. Lagi-lagi bahasa inggris yang buruk membuatku malu. Ternyata maksud dari beach ridge disini adalah tanggul pantai yang terjadi di danau. Dan ini sangat berbeda dengan beach ridge dalam arti beting pantai. Sekali lagi aku sangat malu akan bodohnya diri ini. Selesai sudah, konsultasi tugas kedua dalam mata kuliah ini. Mau tak mau, harus belajar lebih ekstra agar hasilnya memuaskan.
***
“Jika tidak ada terik matahari, paling tidak keangin-anginan biar kering” begitu ucap ibu-ibu yang tak mau terepotkan dengan cucian bajunya yang baru saja dicucinya. Angin sangat dibutuhkan untuk berbagi macam hal, dari keperluan sepele sampai yang sangat besar sekalipun seperti membuat tenaga listrik. Kebutuhan sangat besar bagi negara berkembang maupun maju. Sangat iri sekali dengan negara yang SDMnya sudah sangat maju. Bisa mengelola angin dengan sedemikian rupa. Mengirit pembiayaan listrik penduduk. Canggih memang, namun butuh pada proses yang cukup melelahkan. Jika negara berkembang seperti indonesia ini menggunakan angin, maka yang terjadi adalah butuh sosialisasi dan dana yang besar. Namun sesungguhnya jika memang menginginkan bias terwujud dengan cukup cepat karena dahulu angin memang telah digunakan untuk menentukan apakah akan terjadi hujan atau tidak, dengan menggantungkan kerincingan di jendela atau melihat gerakan yang meniup pohon. Angin juga digunakan oleh para nelayan dahulu untuk menentukan musim apa yang akan terjadi, dan sampai sekarang masih sangat berguna untuk menangkap ikan. Angin laut dan darat. Dulu, jika ditanyakan perbedaan mereka selalu bingung untuk menjawabnya.  Namun sekarang sudah sedikit paham. Angin darat itu untuk gampang diingatnya angin yang diapaki nelayan buat mencari ikan, namanya juga angin darat, otomatis anginnya dari darat yang bersumber pada malam hari yakni jam 08 malam sampai enam pagi. Jika angin laut, yah berasal dari laut. Memulangkan para nelayan yang selesai mencari ikan. Seimbang bukan apa yang Tuhan ciptakan untuk kita para khalifah di muka bumi ini. Jadi menurutku, salah besar jika seseorang selalu mengatakan hidup ini tak adil. Selalu mencari-cari kekurangan apa yang Dia berikan untuk kita. Justru sebaliknya, apa yang sudah kita berikan untuk-Nya selama ini.
Tugas ketiga ini, menggunakan jasa internet dan membutuhkan kesabaran dalam mengerjakannya. Kali ini aku memutuskan untuk mengambil prakiraan cuacu (prakicu) pada tanggal 9 desember 2010 dan waktunya 00.00 UTC. Ternyata ada pertemuan angin sejenis di daerah itu, yaitu pulau seram dan sekitarnya. Pulau seram, tak seseram bayangan kita ternyata. Pulau Seram memiliki wilayah seluas 18.625 km2 , dengan panjang 340 km dan lebar 60 km. Titik tertingginya ialah Gunung Binaiya, setinggi 3.019m di atas permukaan laut. Pulau Seram memiliki alam pegunungan dan hutan tropis.         Titik tertingginya ialah gunung binaiya, setinggi 3.019m diatas permukaan laut. Kondisi tropis jika dilihat dari kawasan taman manusela yang merupakan 20 % atas luas wilayah pulau seram yaitu sebagian besar bergelombang dan lahannya merupakan pegunungan kapus. Topografi yang ada ini mulai dari dataran (dataran mual) di bagian utara, bergelombang sedang, berbukit sampai bergunung-gunung dengan ketinggian 0-3027 meter diatas permukaan laut. Dengan kondisi topografi inilah ia merupakan tempat yang nyaman untuk reuni dari berbagai jenis angin. Baik angin yang berasal dari samudera hindia selatan maupun yang berasal dari samudera pasifik. Untuk tugas ketiga ini, tak membutuhkan ekstra keras dalam pengerjaannya. Karena aku sedikit mengerti dalam penganalisaanya. Sekali lagi kita sangat beruntung berada pada letak geografis yang seperti ini. Berada diantara dua benua besar, sehingga kekuatan angin yang menuju kepulauan indonesia semakin berkurang. Tidak terlalu menimbulkan banyak bencana, walaupun tak sedikit pula ulah angin ini merepotkan pemerintah dan masyarakat. Disinilah kembali sikap sigap kita perlukan.
***
Tak ada perlengkapan untuk tugas hari ini, rupanya makhluk lupa ini menyerang kami. Khususnya sang PJ utama. Ia lupa memfotocopy xerox gambar citra satelite yang akan kami analisis kembali. Terjadilah kondisi yang menggemaskan bagi sang bapak dosen satu ini. Beliau geram karena ulah kami, yang harusnya hari ini menjelaskan tugas terakhir matakuliah ini, namun kami tak siap karena tak ada bahannya. Semua kacau. Saling memanas. Termasuk sang dosen yang masuk ke kelas. Beliau marah karena kami tak mempunyai bahan yang ingin dijelaskan. Kali ini, kami memperebutkan stereoskop cermin. Benda yang dilindungi dengan kotak papan. Seperti kotak pandora, sangat barharga bagi kami. Kotak pandora ini, diperebutkan oleh dua angkatan yakni agkatanku dan angkatan atasku. Layaknya perebutan stereoskop saku. Namun, ini lebih mengenaskan karena hanya ada tiga buah. Bayangkan saja, tiga alat diperebutkan oleh ratusan mahasiswa. Miris sungguh. Dan disinilah kesabaran kami butuhkan, mungkin ini pula yang akan membiasakan kami. Bersabar dalam mengajar audiens kami kelak. Pernah suatu kali, terjadi pencarian kotak pandora ini. Ketika itu, teman-temanku mengerjakan tugas akhir ini. Mereka menjadi pendaftar pertama peminjam kotak pandora ini di jurusan. Sayangnya, sang dosen matakuliah lain masuk, karena memang pada saat itu merupakan waktunya matakuliah lain. Akhirnya mereka harus menghentikan pengerjaan proyek ini. Mengikuti kelas matkuliah jam ini. Tiba-tiba saja, ada seorang kakak kelas mondar-andir celingukan di depan pintu. Rupanya ia sedang sibuk mencari kotak pandora ini. Seperti layaknya seorang kucing yang mondar-mandir mencium ikan namun tak tampak rupanya. ”biarin ajah, dia nyariin. Jangan dikasih nih alat. Ntar kita susah ngerjainnya. Mereka udah ada dua alat” celetuk temanku yang berada di depan dudukku dengan sinis. ”emang alatnya dimana?” tanyaku ”tuh gue tutupin pake tas gue,,” jawabnya sambil tertawa puas. Saat itu kotak pandora menjadi barang rebutan, layaknya di film pirates of carribean yang memperebutkan harta karun. Sangat ku sayangkan, untuk belajarpun kami masih kekurangan alat. Tapi ini merupakan kendala kami, tak boleh dijadikan alasan sebagai keterbelakangan prestasi.
Tugas dari awal sampai akhir merupakan hasil akhir nilai matkuliah ini. Tak ada uas. Selalu begitu memang. Rupanya sang dosen menginginkan kami agar semua tugas itu di kirimkan melalui emailnya. Hal yang sangat kami sayangkan, karena tak semua orang bersahabat dengan media satu ini untuk mengumpulkan hal yang terpenting bagi kuliah ini yaitu nilai. Dari dahulu, ada saja kendalanya. Mulai dari tak terkirim padahal sudah terkirim laporannya sampai file tak terbuka. Begitulah yang terjadi pada diriku dan temanku yang kurang beruntung untuk kali ini. Aku menjadi bagian orang yang diuji kesabarannya oleh Alloh dan bapak dosen satu ini. Sungguh mengenaskan nasibku kala itu. Sudah mengerjakan dengan susah payah sampai larut malam. Tiba-tiba saja nilai lenyap bak ditelan bumi. Ada apa gerangan yang terjadi di dunia maya sana. ”bagi yang tidak ada nilainya segera menemui dosen, besok paling lambat” begitu isi sms yang masuk ke dalam inbox ku. Peristiwa yang mengenaskan. Tak beruntung kali ini diriku. Esok harinya kami mahasiswa tak beruntung semester ini dalam matakuliah ini, sepakat untuk menemuinya jam delapan pagi. Sangat merepotkan sungguh, karena dikala orang sudah menjumpai bulan aku hanya masih di bumi untuk mengurusi hal seperti ini. Tak hanya itu, aku sangat khawatir jika saja nilai yang diberikan nanti isinya suram.
Tiba di kampus jam delapan kurang. Sangat sepi. Wajar karena memang semua orang telah libur nyaman dan nyantai. Tak sepertiku mengurusi masalah yang sangat menyedihkan.  Menunggu adalah hal yang menyakitkan bagiku. Namun apadaya, hanya seorang mahasiswa biasa harus seperti biasa seperti ini. Menunggu sang dosen tiba. Menunggu temanku tiba dan mendengar berita kembali dari bapak dosen satu ini. ”katanya saya lagi RPT, nanti saja setelah sholat jum’at” ucap temanku sambil membaca sms darinya. ”huaaaaaaaaahhh,,,capek-capek datang pagi, eh malah diundur nanti jam satu” teriak hatiku..sangat memprihatinkan. Kami harus bersabar menghadapi tingkahnya, mungkin ada keperluan yang sangat mendadak baginya. Dan selalu berpikir positif kala itu. Jadilah aku mengikuti rapat Praktek Kuliah Lapangan. Sungguh tak kuinginkan.rasanya malas sekali untuk mengikuti hal-hal yang seperti itu bagiku. Yang ada nanti adalah perselisihan perdebatan panjang. Dan akhir-akhirnya merujuk pada pendapat dosen. Itulah yang tak kusukai dari hingar-bingarnya kehidupan kampus. Campur-baur wanita dan laki-laki, serta saling jajak pendapat. Menimbulkan suasana memanas. Menurutku, sangat disayangkan jika waktu terbuang hanya merundingkan dengan kepala panas. Satu sama lain tak ingin kalah akan pendapatnya. Aku hanya mencoba memberi saran, tak hanya voting. Namun lakukanlah jajak pendapat satu sama lain agar tak ada pihak yang merasa sakit hati. Namun, yang ada hanya voting. Pemilihan yang sangat buruk. Karena tak ada rasa lapang hati jika salah satu pendapat kalah, dia akan menerima jika ada salah satu pendapat yang bagus menurutnya. Intinya tak ada pihak yang merasa kalah ataupun kesal bagi ide yang tak dipilih oleh para audiens.
Sholat jum’at telah berakhir, itu tandanya kami mahasiswa tak beruntung kali ini harus mengurusi nilai. Bersua dengan bapak dosen satu ini. Menyiapkan mental terutama untuk saat ini. Menerima apa yang akan kami dapatkan darinya. Nilai. Kamipun langsung menuju gedung yang diinginkan. ”pak saya mencari, bapak ini.” tanya kami sambil menyebutkan namanya. ”oh ya, bentar ada”jawab bapak itu. ”iaya ada apa ya?”tanyanya dengan wajah yang berbeda ”oh, bukan bapak ini pak, kami sedang mencari bapak dosen” ucap salah satu temanku ”dari jurusan geografi” sambung temanku satu lagi. ”oh, maaf, ini gedung sarana-prasarana” jawab ibu satunya lagi seraya menunjukkan ”anda salah tempat” kamipun langsung keluar. Menuju gedung yang diminta temanku lewat sms balasannya setelah ditanyakan. ”ya Alloh, ini perjuangan mantep banget, dari mulai mengerjakan sampai mendapatkan nilai. Mudahkan ya Robb” ucap hatiku. Ketemu jua kami dengan teman satu lagi yang daritadi berkomunikasi dengan bapak dosen satu ini. ”eh katanya diatas lantai dua” ucapnya. Akhirnya kami menuju lantai dua gedung itu. Dengan rasa sabar kami menaiki anak-anak tangga yang diam seribu bahas ini. Ketika ingin masuk ” maaf mbak, masuknya dua orang” sapa mbak recepsionisnya. Akhirnya kakiku kutarik kembali ke luar ruangan. Menunggu kembali menyakitkan bagiku. Dengan rasa degup jantung tak karuan. Akhirnya aku dan temanku diperbolehkan masuk. Menuju ruangan bapak dosen satu ini. Aku sungguh takut jika ditanyakan gambarnya, karena ada satu tugas yang tak kumasukkan gambarnya yakni tugas kedua. Naasnya, temanku tak ada gambar satupun di hasil pekerjaannya karena tidak dikirim melalui sistem attachment melainkan di copy paste melalui kolom emailnya. ”ini, mana gambarnya?” tanya dosen. ”kan, dikumpulin di meja bapak pak”jawab temanku ”tapikan saya suruh lewat email”. Akhirnya beliau memberikan nilai B. Namun itu cukup bagus. Tibalah saatku.
”namanya siapa?” tanya bapak dosen satu ini
”hesti meiliana pak”
”nama emailnya?”
”hestimeiza”
Akhirnya ada jua file emailku. Namun sayangnya lama sekali untuk dibuka. Dengan sabar bapak ini menunggu, begitupula dengan diriku. Lama tak kunjung terbuka, lantas ia berinisiatif untuk membuka lewat docstoc. Tak bisa juga terbuka. ”ya Alloh, masa ga bisa kebuka. Gimana ini” do’aku dalam hati. Akhirnya ia beralih kepada temanku satu lagi. Sialnya iapun tak ada email yang masuk. Lebih parahnya ia, tak ada satu buktipun yang ada di emailnya. Diam seribu bahasa. Aku kembali bereaksi.”pak gimana dengan saya?” ”yah filemu tak bisa terbuka, mau gimana lagi”ucapnya dingin. ”ya Alloh, gimana ini. Masa mesti ngulang. Gimana dengan nasib nilai gue, bisa-bisa Cuma dua nol.huaaaaah.ga mau, ga mau.” lirih hatiku. Temanku yang satu lagi hanya mengusapkan tangannya pada bahuku, memberi isyarat untuk bersabar. Tak jua ku menyerah, segala cara mesti dijalankan. ”pak coba deh pak buak email bapak satu lagi, saya juga ngirim file saya kesitu, barangkali bisa” ucapku memelas. Bapak inipun rupanya merasa iba terhadapku. Dengan sabar kembali ia  membuka akun emailnya satu lagi. Peristiwa pun terulang kembali, file ku sama sekali tak bisa dibuka. ”ya Alloh, tolongin akuuuu...”lirihku. ”berikan yang terbaik bagiku ya Robb”sambung hatiku. Karena hanya itu saja yang dapat kulakukan.  Akupun berusaha kembali, ”pak saya bawa filenya kok” ucapku memelas sambil mengambil flashdisk di dalam tas. Akhirnya beliaupun mau menerima fileku. Ternyata Alloh, benar-benar mendengar permintaanku kala itu. Hati bapak dosen satu ini luluh dan mau menerima permintaanku agar melihat hasil pekerjaanku melalui flashdisk yang kusodorkan. Beliaupun melihat-lihat hasil pekerjaanku. Yang ada saat itu adalah aku tak memikirkan berpa nilai yang beliau berikan. Yang ada adalah bagaimana matakuliah ini aku mendapatkan nilai. Akupun sempat takut, ketika ia melihat-lihat gambar. Karena telah kusebutkan tadi bahwasanya ada satu tugas yang tak kumasukkan hasil gambarnya. Ternyata, selesai sudah ia melihat hasil pekerjaanku. Dan apa yang terjadi, ia mencoret huruf A, yang menandakan bahawasanya beliau memberikanku nilai A. ”ya Alloh , makasiiiih...”teriakku dalam hati. Begitupula dengan nasib temanku yang emailnya tidak masuk. Iapun diberikan nilai yang sama denganku. Aku dan temanku ini, akhirnya menjadi mahasiswa beruntung. Namun, keberuntungan kami sangat kami rasakan. Seperti kebahagiaan yang didahului oleh airmata. Sangat mengharukan. Keluarnya dari ruangan itu, tak lupa kami mengucapkan rasa terimakasih kepada bapak dosen satu ini. Bertemu dan akupun memeluk temanku, yang tadi turut membantuku untuk bersabar. Lega rasanya saat itu. Begitupula dengan temanku satunya lagi, yang sangat shosk jika saja temannya mendapatkan nilai kosong. Pulang, kakiku terasa ringan. Tak ada beban di hati dan jiwa.
”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. AR Rahman :13)
”Makasih ya Robb, atas segala nikamat dan karuniamu yang telah Kau berikan padaku”
***
ENDING...
*jika ada kata-kata yang tidak berkenan di hati mohon maaf. Cerita ini nyata dan hanya untuk mngeksplore kemampuan menulis saya. Kritik dan saran sangat diterima bagi kelancaran menulis saya. Terima kasih.
*sebagian ada yang diambil dari beberapa sumber.


Sabtu, 29 Januari 2011

celoteh perjuangan ind,,raja


Kamis ini terasa berbeda,,namun sang pengajar hanya mempunyai wajah yang sama seperti dahulu, tak ada yang berbeda..mungkin yang berbeda adalah materi kali ini yang akan disampaikan. Kamu tahu, apa yang berbeda dengan kelas kemarin..saat ini ia mengajar matakuliah pengindraan jauh. Ya pengindraan jauh, yang saat ini sedang popular di kalangan masyarakat, terutama kaum terpelajar dan pengusaha untuk memastikan apakah hari ini hujan atau tidak. Saat ini memang sedang terjadi perubahan iklim yang ekstrem di belahan dunia manapun. Semua kalangan tercuri perhatiannya pada masalah cuaca. Negara yang sudah majupun masih kelabakan dibuat oleh ulah iklim ini. Bapak satu ini akan memberikan banyak materi dan pengalaman kepada aku dan teman-teman untuk mentransfer kelak kami telah menjadi seorang pengajar. Ya, pengajar. Pengajar yang mempunyai segudang pengalaman untuk muridnya. Bapak satu ini, mengumumkan kepada kami bahwasanya perkuliahan tidak mengikuti jadwal jurusan alias mengubah system masuk kuliah. Yang tadi awalnya jam 10 menjadi lebih cepat yaitu jam 08. Bapak ini rupanya memberitahu kami bahwasanya ia sedang menempuh gelar doktornya di pasca sarjana tempat kuliah kami. Menurutnya, ia ada jam kuliah pada jam 10, dan itu menunjukkan adanya bentrok pada jam kuliah kami. Aku hanya mahasiswi biasa yang  hanya mengikuti saja kemauan sang dosen, begitu pula teman-teman.
Awal masuk hanya membicarakan mengenai pengindraan jauh. Mungkin Negara kita yang saat ini sangat minim ilmu pengetahuan tentang teknologi modern. Jadi, akupun hanya termangu mendengar celotehan sang dosen. Mengenai bagaimana pengindraan jauh ini mulai, sampai saat ini sudah mulai high-tech. menggunakan citra satellite dari penggunann streoskope saku sampai cermin. Alat-alat itu semua kami gunakan saat praktek pengguanaan lahan. Sungguh menakjubkan bagiku. bagi Negara yang mempunyai 4 musim sangat berguana pengguanaan citra satellite ini. Karena ia sangat bergantung pada cuaca untuk mengerjakan aktivitasnya, celoteh dosenku.
Pengindraan jauh saat ini sudah mulai digunakan oleh banyak pengusaha, mereka memprediksi bagaiamana musim yang akan terjadi dengan hp blackberrynya. Membuka web bmkg, dan dalam beberapa menit sudah langsung terbuka. Berbeda dengan zaman nenekku dulu, yang hanya menggunakan jari dan prediksi bulan. Jika sudah masuk bulan berakhiran “ber” itu artinya sudah masuk musim penghujan. Mereka langsung bersiaga apa yang akan terjadi, entah angin kencang ataupaun hujan tiada henti, membuat repot aktivitas sehari-hari. Mereka hanya menggunakan pengalaman saja untuk mengira-ngira kapan terjadi hujan deras. Sulit memang jika hidup pada zaman itu, dengan peralatan seadanya, harus mempertahankan hidup.
Sang dosen melanjutkan kembali materinya. Ternyata alat foto udara  menggunakan system seperti mata kita. Menggunakan system 3 dimensi dengan dua kali jepret. Cantik bukan system kerja mata kita. Tuhan dengan segala kuasa-Nya sangat ampuh menghasilkan manfaat dari organ mata kita ini. Dengan mengguankan dua mata ini, kita sudah mampu melihat 3 dimensi. Kaget bukan dengan materi ini. Mungkin ada pertanyaan dalam benak kita, “bukannya barang yang ada di hadapan kita ini sudah berbentuk 3 dimensi? “…iya benar sekali. Namun ketika kita hanya menggunakan 1 sisi mata saja benda yang ada di hadapan kita hanya melihat dengan 2 dimensi saja, cobalah beberapa menit mata sebelah kiri atau kanan kita tutup. Hasilnya akan menunjukkan 2 dimensi. “ celoteh sang dosen.
Ia juga menceritakan betapa pesatnya ilmu akan pengindraan jauh ini, yang dahulu hanya digunakan untuk peperangan. Satu sama lain menggunakan untuk melihat siasat dan tingkah laku musuh. Layaknya mata-mata yang tak mau kecolongan sedikitpun. Saat ini, sudah tak zamannya lagi peperangan, segala sesuatu di ploklamirkan dengan azas hak asasi manusia  (HAM). Suatu Negara tak mungkin bertindak semaunya untuk mengambil apa yang ia inginkan seperti dahulu kala. Penjajahan yang tak berkprikemanusiaan telah dihapuskan, begitu isi Undang-Undang Dasar kami pada bagian pembukaan, yang setiap saat kami selalu dikumandangkan ketika sekolah dulu mengikuti upacara dengan khidmat, hey tahukah, ini merupakan upacara wajib yang dilakukan oleh seluruh kaum pendidikan di negeri kami. Dari mulai sekolah dasar sampai atas, semua pegawai sekolahpun ikut berdiri tegak menghadap sang saka merah putih. Walaupun tak semua kalangan sekolah melakukan upacara yakni sekolah keagamaan seperti pesantren. Mereka melakukan itu karena mereka mempunyai landasan pengetahuan yang cukup kuat, harus kita ketahui bahwasanya sesuatu ilmu ataupun pengetahuan harus dilandasi dengan teori dan dalil yang kuat. Tersenyum merekahlah diriku betapa segala sesuatu tak harus sesuai dengan kehendakku, semua orang mempunyai sudut pandang yang berbeda.
***
Ketika dahulu seorang geograf ingin menganalisis suatu lahan, diharuskan mengunjungi daerah tersebut. Karena kerepotan inilah para ilmuwan terus mengembangkan ilmunya untuk teknologi pengindraan jauh.. ketika dahulu orang luar negeri mulai menggunakan system computer sederhana untuk perang, Indonesia hanya menggunakan peralatan seadanya.miris. ketika system pembelajaran universitas di luar negeri menggunakan system citra satellite penggunaan high tech. kami hanya menggunakan stereoskop saku dan stereoskop cermin. Citra satelit hanya digunakan pada saat tugas ketiga yakni analisis gerak angin dan bentuk lahan. Peralatan di kampus tercinta kami memang sangat sederhana dan tak begitu lengkap. Satu hal yang kutanggapi positif mungkin pembiayaan iuran kami sepadan dengan kelengkapan pembelajaran kami, atau mungkin karena memang kami hany akan terjun pada dunia pendidikan yang penggunaan citra satelit tak begitu kami butuhkan untuk pengajaran murid kami. Suatu saat mungkin, generasi berikutnya dapat menikati high tech di kampus ini, Negara Indonesia tercinta.
Sang dosen berceloteh akan materi system pixel dan warna –warni yang tertera pada televise. Mengingat kembali akan sangatnya berharga benda yang bernama tv ini di seantero Indonesia. Ketika prestise didapatkan oleh seseorang jika mempunyai benda satu ini. Dahulu, mamaku terlahir dari keluarga yang amat memprihatinkan, ketika Negara ini mulai bangkit dari keterpurukkannya setelah terkuras habis harta dan raga keluarga kami. Lagi-lagi penjajahan yang membuat kami kuat akan pahitnya perjuangan seseorang untuk hidup dan menghabiskan sisa umur yang ada. Ketika dulu ibu hanya menjadi anak seorang pejual kripik singkong, itupun bapaknya hanya sebagai pegawainya. Radiopun tak ada, ia hanya mendengarkan radio ketika bulan puasa tiba, menumpang menjadi pendengar baik di salah satu kantor PPD, perusahaan bus pemda kala itu. Jika waktunya tiba yaitu setelah sholat maghrib, ibu dan teman-temanya mulai berlari menuju rumah seorang saudagar yang dibilang kaya pada zamannya. Ketika itu, hanya ada tv hitam putih, tanpa warna ! bayangkan jika kita saat ini tidak menemukan teknologi ini, akan terjadi kemacetan dimana-mana. Karena lampu lalu lintas tidak berwarna.  Sedikit kita kembali mengingat akan seorang Vladimir yang lahir di Rusia, 30 Juli 1889. Dia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT. Dia bekerja di perusahaan elektronik RCA dan selama 1930 hingga 1940-an, perusahaan itu memanjakannya dengan menguras dana US$ 150 juta untuk produksi teknologi televisi. Keterbukaan Zworykin pada kritik, membuatnya menemukan penemuan baru lagi. Sebuah kamera tabung. Ini melengkapi teknologi televisi tabung penemuannya. Penemuan itu dinamakannya iconoscope, berasal dari bahasa Yunani, icon yang berarti citra dan scope yang berarti mengamati. Ia meninggal karena usia tua pada 29 Juli 1982. Dialah yang kemudian sebagai Sang Penemu Televisi. (1889-1982). Mungkin tidak sampai ia wafat, namun perkembangan terus berlanjut sampai tv tercanggih saat ini ada yaitu tv berjenis LCD. Tv yang sangat tipis, hebat bukan main. Oh iya, televisipun tak tertinggal akan adanya sumbangsih ilmu gelombang elektromagnetik. Sang dosen, menceritakan sedikit tentang gelombang aneh ini. Tak terlihat namun sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari ini. Beliau bercerita bagaimana keanehan yang akan terjadi jika kita semua penduduk dunia melihat berbagai macam data berlalu-lalang diatas kepala kita. Tak terbayangkan. Sayangnya, materi gelombang elektromagnetik ini hanya mampir beberapa detik di kelas kami. “jika anda ingin memperdalam, silakan nanti di belakang belajar bersama atau pindah ke bangku universitas gajah mada atau Indonesia. Iri sekali ku mendengarnya. Tapi tak apa, mungkin suatu saat universitas ini akan mengembangkan sayapnya di bidang ini.
*******
Bersambung…cerita selanjutnya bakalan seruu chekidot…
Sumber data : http://fadlymolana.wordpress.com/2009/01/06/televisi/

Kamis, 27 Januari 2011

sejarah nama kunyahku di lptn

setelah memikirkan dengan matang-matang, akhirnya gue menetapkan ummu salamah sebagai nama kunyah ditempat pengajian. oh iya, nama kunyah itu sunnah loh.. waktu itu pak ustadz meminta agar para tholabul 'ilm punya nama kunyah. biar gampang manggilnya dan juga menurut gue mengaplikasikan ilmu agama islamtentunya menyiarkan juga. pada awalnya gue ga tau sejarah yang punya hak paten nama itu, ummu salamahradhiyallohu 'anha, istri nabi salallohu 'alayhi wassallam. waktu itu gue cuma nemu sedikit kisah tentang belio. eh, ga sengaja gue nemuin bener-bener riwayat hidupnya beliau di salah satu web internet. nah sekarang guemau kasih tau nih tentang kisah hidup beliau ummu salamah radhiyallohu 'anha. yuk simak :


Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha

Ummu Salamah adalah seorang Ummul-Mukminin yang berkepribadian kuat, cantik, dan menawan, serta memiliki semangat jihad dan kesabaran dalam menghadapi cobaan, lebih-lebih setelah berpisah dengan suami dan anak-anaknya. Berkat kematangan berpikir dan ketepatan dalam mengambil keputusan, dia mendaparkan kedudukan mulia di sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.. Di dalam sirah Ummahatul Mukminin dijelaskan tentang banyaknya sikap mulia dan peristiwa penting darinya yang dapat diteladani kaum muslimin, baik sikapnya sebagai istri yang selalu menjaga kehormatan keluarga maupun sebagai pejuang di jalan Allah.
Nama sebenarnya Ummu Salamah adalah Hindun binti Suhail, dikenal dengan narna Ummu Salamah. Beliau dibesarkan di lingkungan bangsawan dari Suku Quraisy. Ayahnya bernama Suhail bin Mughirah bin Makhzurn. Di kalangan kaumnya, Suhail dikenal sebagai seorang dermawan sehingga dijuluki Dzadur-Rakib (penjamu para musafir) karena dia selalu menjamu setiap orang yang menyertainya dalam perjalanan. Dia adalah pemimpin kaumnya, terkaya, dan terbesar wibawanya. Ibu dari Ummu Salamah bernama Atikah binti Amir bin Rabi’ah bin Malik bin Jazimah bin Alqamah al-Kananiyah yang berasal dari Bani Faras.
Demikianlah, Hindun dibesarkan di dalam lingkungan bangsawan yang dihormati dan disegani. Kecantikannya meluluhkan setiap orang yang melihatnya dan kebaikan pribadinya telah tertanam sejak kecil.

 B. Pernikahan dan Perjuangannya

Banyak pemuda Mekah yang ingin mempersunting Hindun, dan yang berhasil menikahinya adalah Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, seorang penunggang kuda terkenal dari pahlawan-pahlawan suku Bani Quraisy yang gagah berani. Ibunya bernama Barrah binti Abdul-Muththalib bin Hasyim, bibi Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. Abdullah adalah saudara sesusuan Nabi dari Tsuwaibah, budak Abu Lahab. Mereka hidup bahagia, dan rumah tangga mereka diliputi kerukunan dan kesejahteraan.
Tidak lama setelah itu, dakwah Islam menarik hati mereka sehingga mereka memeluk Islam dan menjadi orang-oramg pertama yang masuk Islam. Begitu pula dengan Hindun, dia tergolong orang-orang yang pertama masuk Islam, dan bersama suaminya memulai perjuangan dalam hidup mereka.
Orang-orang Quraisy selalu mengganggu dan menyiksa kaum muslimin agar mereka meninggalkan agama Islam dan kembali ke agama nenek moyang mereka. Melihat kondisi seperti itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mengizinkan mereka untuk hijrah ke Habasyah, sehingga mereka disebut sebagai kaum muhajirin yang pertama. Mereka menetap di Habasyah, dan di sana Hindun melahirkan anak-anaknya: Zainab, Salamah, Umar, dan Durrah.
Setelah beberapa lama, mereka berniat kembali ke Mekah, terutama setelah mendengar keislaman dua tokoh penting Quraisy, Umar bin Khaththab dan Hamzah bin Abdul-Muththalib. Akan tetapi, ternyata penyiksaan masih terus berlangsung, bahkan bertambah dahsyat. Untuk menjaga kehormatan diri dan keluarganya, Abu Salamah meminta perlindungan dari Abu Thalib (paman Nabi) dari siksaan kaumnya, yaitu Bani Makhzum, dan Abu Thalib menyatakan perlindungannya.

C. Cobaan Datang

Karena orang-orang Quraisy masih saja menyiksa kaum muslimin, akhirnya Allah membuka hati penduduk Madinah untuk menerima Islam. Kemudian Rasulullah mengizinkan kaum muslimin untuk hijrah ke sana, baik secara kelompok maupun perseorangan. Abu Salamah, istri, dan anaknya (Salamah) hijrah ke sana. Di tengah perjalanan mereka dihadang oleh kaum Bani Makhzum (kaumnya Ummu Salamah) yang kemudian merampas serta menyandera Ummu Salamah. Keluarga Abu Salamah (Bani Asad) ikut campur tangan dan mereka menolak menyerahkan Salamah, bahkan si anak dirampas dan dijauhkan dari ibunya. Sedangkan Bani Makhzum menculik Ummu Salamah dan dipenjara. Adapun Abu Salamah dibiarkan ke Yatsrib dengan hati penuh kesedihan karena harus berpisah dengan istri dan anaknya.
Keadaan demikian berjalan kurang lebih setahun lamanya. Ummu Salamah terus-menerus menangis karena kecewa atas perbuatan kaumnya, sehingga akhirnya ada seorang laki-laki dari kaumnya yang merasa iba dan membiarkan Ummu Salamah menyusul suaminya di Madinah. Adapun Bani Asad menyerahkan kembali putranya, Salamah, kepadanya. Akan tetapi, banyak rintangan yang harus dia hadapi, dan berkat keimanan dan keinginan yang kuat, dia mampu mengatasi semua itu dan tiba di Madinah.

 D. Pesan Abu Salamah untuk Istrinya

Dalam membela Islam, peran Abu Salamah sangat besar. Dia dikenal berani dalam berperang. Rasulullah menghargainya dengan mengangkatnya sebagai wakil Rasulullah di Madinah ketika beliau pergi memimpin pasukan dalam perang Dzil Asyirah pada tahun kedua hijriah. Abu Salamah ikut dalam Perang Badar dan Uhud. Ketika dalam perang Uhud, Abu Salamah mengalami luka yang cukup parah dan nyaris meninggal, namun beberapa saat kemudian dia sembuh.
Setelah Perang Uhud, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mencrima berita bahwa Bani Asad hendak menyerang kaum muslimin di Madinah. Sebelum mereka menyerang, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. berinisiatif mendahului mereka. Dalam misi ini, beliau menunjuk Abu Salamah untuk memimpin pasukan yang berjumlah seratus lima puluh orang dan di dalamnya terdapat Saad bin Abi Waqash, Abu Ubaidah bin Jarrah, Amir bin Jarrah, dan yang lainnya. Pasukan diarahkan ke Bukit Quthn, tempat mata air Bani Asad. Kemenangan gemilang diraih oleh pasukan Abu Salamah, dan mereka kembali ke Madinah dengan membawa banyak harta rampasan perang. Di Madinah, luka-luka Abu Salamah karnbuh sehingga dia harus beristirahat beberapa waktu. Ketika sakit, Rasulullah selalu menjenguk dan mendoakannya.
Ummu Salamah selalu mendampingi suaminya yang sedang dalam keadaan sakit sehingga dia merawat dan menjaganya siang dan malam. Suatu hari, demam Abu Salamah menghebat, kemudian Ummu Salamah berkata kepada suaminya, “Aku mendapat benita bahwa seorang perempuan yang ditinggal mati suaminya, kemudian suaminya masuk surga, istrinya pun akan masuk surga, jika setelah itu istrinya tidak menikah lagi, dan Allah akan mengumpulkan mereka nanti di surga. Demikian pula jika si istri yang meninggal, dan suaminya tidak menikah lagi sepeninggalnya. Untuk itu, mari kita berjanji bahwa engkau tidak akan menikah lagi sepeninggalku, dan aku berjanji untukmu untuk tidak menikah lagi sepeninggalmu.” Abu Salamah berkata, “Maukah engkau menaati perintahku?” Dia menjawab, “Adapun saya bermusyawarah hanya untuk taat.” Abu Salamah berkata, “Seandainya aku mati, maka menikahlah.” Lalu dia berdoa kepada Allah ”Ya Allah, kurniakanlah kepada Ummu Salamah sesudahku seseorang yang lebih baik dariku, yang tidak akan menyengsarakan dan menyakitinya.”
Pada detik-detik akhir hidupnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. selalu berada di samping Abu Salamah dan senantiasa memohon kesembuhannya kepada Allah. Akan tetapi, Allah berkehendak lain. Beberapa saat kemudian maut datang menjemput. Rasulullah menutupkan kedua mata Abu Salamah dengan tangannya yang mulia dan bertakbir sembilan kali. Di antara yang hadir ada yang berkata, “Ya Rasulullah, apakah engkau sedang dalam keadaan lupa?” Beliau menjawab, “Aku sama sekali tidak dalam keadaan lupa, sekalipun bertakbir untuknya seribu kali, dia berhak atas takbir itu.” Kemudian beliau menoleh kepada Ummu Salamah dan bersabda, “Barang siapa yang ditimpa suatu musibah, maka ucapkanlah sebagaimana yang telah dperintahkan oleh Allah, ‘Sesungguhnya kita milik Allah, dan kepada-Nyalah kita akan dikembalikan. Ya Allah, karuniakanlah bagiku dalam musibahku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya, maka Allah akan melaksanakannya untuknya.”
Setelah itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. berdo’a: “Ya Allah, berilah ketabahan atas kesedihannya, hiburlah dia dari musibah yang menimpanya, dan berilah pengganti yang lebih baik untuknya.”
Abu Salamah wafat setelah berjuang menegakkan Islam, dan dia telah memperoleh kedudukan yang mulia di sisi Rasulullah. Sepeninggal Abu Salamah, Ummu Salarnah diliputi rasa sedih. Dia menjadi janda dan ibu bagi anak-anak yatim.
Setelah wafatnya Abu Salarnah, para pemuka dari kalangan sahabat bersegera meminang Ummu Salamah. Hal ini mereka lakukan sebagai tanda penghormatan terhadapat suaminya dan untuk. melindungi diri Ummu Salamah. Maka Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin al-Khaththab meminangnya, tetapi Ummu Salamah menolaknya.
Pada saat dirundung kesedihan atas suami yang benar-benar dicintainya serta belum mendapatkan orang yang lebih baik darinya, ia didatangi oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. dengan maksud menghiburnya dan meringankan apa yang dialaminya. Rasulullah berkata kepadanya, “Mintalah kepada Allah agar Dia memberimu pahala pada musibahmu serta menggantikan untukmu (suami) yang lebih baik.” Ummu Salamah bertanya, “Siapa yang lebih baik dan Abu Salamah, wahai Rasulullah?”

E. Di Rumah Rasulullah.

Rasulullah mulai memikirkan perkara Ummu Salamah, seorang mukminah mujahidah yang memiliki kesabaran, dan Ummu Salamah pun telah menolak lamaran dua sahabatnya, Abu Bakar dan Umar. Rasulullah pun berpikir dengan penuh pertimbangan dan kasih sayang untuk tidak membiarkannya larut dalam kesedihan dan kesendirian.
Dalam keadaan seperti itu Rasulullah mengutus Hathib bin Abi Balta’ah menemui Ummu Salarnah dengan maksud meminangnya untuk beliau. Maka oleh Ummu Salamah diterimanya pinangan tersebut. Bagaimana mungkin baginya untuk tidak menerima pinangan dari orang yang lebih baik dari Abu Salamah, bahkan lebih baik dan semua orang di dunia.
Dengan perkawinan tersebut maka Ummu Salamah termasuk kalangan Ummahatul- Mukminin, dan oleh Rasulullah ia ditempatkan di kamar Zainab binti Khuzaimah yang digelari Ummul-Masakiin (ibu bagi orang-orang miskin) sampai Ummu Salamah meninggal dunia.
Hal itu diceritakan oleh Ummu Salamah kepada kami. Ia berkata, “Aku dipersunting oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam., lalu aku dipindahkan dan ditempatkan di rumah Zainab (ummul- masakiin).”
Beberapa keistimewaan yang dimiliki Ummu Salamah adalah ketajaman logika, kematangan berpikir, dan keputusan yang benar atas banyak perkara. Karena itu, ia memiliki kedudukan yang agung di sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam., seperti interaksinya dengan para Ummahatul-Mukminin yang merupakan interaksi yang diliputi rasa kasih sayang dan kelemahlembutan.

 F. Kedudukannya yang Agung

Di antara perkara yang menunjukkan kedudukannya yang tinggi di sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam adalah apa yang diceritakan Urwah bin Zubair “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menyuruh Ummu Salamah melaksanakan shalat shubuh di Mekah pada hari penyembelihan (qurban) — padahal saat itu merupakan hari (giliran)nya. Oleh sebab itu, Rasulullah merasa senang atas kesetujuannya.”
Begitu juga hadits Ummi Kulsum binti Uqbah yang dimasukkan oleh Ibnu Sa’ad dalam (kitab) Thabaqat-nya. Ummi Kultsum berkata, “Tatkala Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. menikahi Ummu Salamah, belau berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya aku menghadiahkan untuk Raja Najasyi sejumlah bejana berisikan minyak wangi dan selimut. Akan tetapi, aku bermimpi bahwa Raja Najasyi itu telah meninggal dunia, kemudian hadiah yang kuberikan kepadanya dikembalikan kepadaku. Karena dikembalikan kepadaku, maka barang tersebut menjadi milikkü.”
Sebagaimana yang dikatakan Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam., Raja Najasyi meninggal dunia, dan hadiah tersebut dikembalikan kepadanya. Lalu beliau memberikan kepada setiap istrinya masing-masing satu uqiyah (1/2 liter Mesir) dan beliau memberi (sisa) keseluruhannya serta selimut kepada Ummu Salamah.
Setelah Ummu Salamah menjadi istrinya, Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. memasukkannya dalam kalangan ahlul-bait. Di antara riwayat tentang masalah tersebut adalah bahwasanya pernah pada suatu hari Rasulullah berada di sisi Ummu Salamah, dan anak perempuan Ummu Salamah ada di sana. Rasulullah kemudian didatangi anak perempuannya, Fathimah azZahra, disertai kedua anaknya, Hasan dan Husain r.a., lalu Rasullah memeluk Fathimah dan berkata, “Semoga rahmat Allah dan berkah-Nya tercurah pada kalian wahai ahlul-bait. Sesungguhnya Dia Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia.”
Lalu menangislah Ummu Salamah. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menanyakan tentang penyebab tangisnya itu. Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, engkau mengistimewakan mereka sedangkan aku dan anak perempuanku engkau tinggalkan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau dan anak perempuanmu termasuk keluargaku.”
Anak perempuan Ummu Salamah, Zainab, tumbuh dalam peliharaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. ia termasuk di antara wanita yang memiliki ilmu yang luas pada masanya.
Sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mempersunting Ummu Salamah, wahyu pernah turun kepada Rasulullah di kamar Aisyah, yang dengan hal itu Aisyah membanggakannya pada istri-stri beliau yang lain. Maka setelah Rasulullah menikahi Ummu Salamah, wahyu turun kepadanya ketika beliau berada di kamar Ummu Salamah.

G. Beberapa Sikap Cemerlang pada Masa Hidup Ummu Salamah.

Di antara sikap agungnya adalah apa yang ditunjukkannya pada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. pada hari (perjanjian) Hudaibiyah. Pada waktu itu ia menyertai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. dalam perjalanannya menuju Mekah dengan tujuan menunaikan umrah, tetapi orang-orang musyrik mencegah mereka untuk memasuki Mekah, dan terjadilah Perjanjian Hudaibiyah antara kedua belah pihak.
Akan tetapi, sebagian besar kaum muslimin merasa dikhianati dan merasa bahwa orang-orang musyrik menyianyiakan sejumlah hak-hak kaum muslimin. Di antara mayonitas yang menaruh dendam itu adalah Umar bin al-Khaththab, yang berkata kepada Rasulullah dalam percakapannya dengan beliau, “Atas perkara apa kita serahkan nyawa di dalam agama kita?” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menjawab, “Saya adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Aku tidak akan menyalahi perintah-Nya, dan Dia tidak akan menyianyiakanku.”
Akan tetapi, tanda-tanda bahaya semakin memuncak setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menyuruh kaum muslimin melaksanakan penyembelihan hewan qurban kemudian bercukur, tetapi tidak seorang pun dari mereka melaksanakannya. Beliau mengulang seruannya tiga kali tanpa ada sambutan.
Beliau menemui istrinya, Ummu Salamah, dan menceritakan kepadanya tentang sikap kaum muslimin. Ummu Salamah berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah engkau menginginkan perintah Allah ini dilaksanakan oleh kaum muslimin? Keluarlah engkau, kemudian janganlah mengajak bicara sepatah kata seorang pun dari mereka sampai engkau menyembelih qurbanmu serta memanggil tukang cukur yang mencukurmu.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. kagum atas pendapatnya dan bangkit mengerjakan sebagaimana yang diusulkan Ummu Salamah. Tatkala kaum muslimin melihat Rasulullah mengerjakan hal itu tanpa berkata kepada mereka, mereka bangkit dan menyembelih serta sebagian dari mereka mulai mencukur kepala sebagian yang lain tanpa ada perasaan keluh kesah dan penyesalan atas tindakan Rasulullah yang mendahului mereka.
Ummu Salamah telah menyertai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. di banyak peperangan, yaitu peperangan Khaibar, Pembebasan Mekah, pengepungan Tha’if, peperangan Hawazin, Tsaqif kemudian ikut bersama beliau di Haji Wada’.
Kita tidak melupakan sikapnya terhadap Umar bin al-Khaththab, tatkala Urnar datang kepadanya dan mengajak bicara tentang perkara keperluan Ummahatul-Mukminin kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. serta kekasaran mereka terhadap Rasulullah. Maka ia berkata, “Engkau ini aneh, wahai anak al-Khaththab. Engkau telah ikut campur di setiap perkara sehingga ingin mencampuri urusan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. beserta istri-istrinya?”
Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. meninggal dunia ia senantiasa mengenang beliau dan sangat berduka cita atas kewafatannya. Beliau senantiasa banyak melakukan puasa dan beribadah, tidak kikir pada ilmu, serta meriwayatkan hadits yang berasal dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.
Telah diriwayatkannya sekian banyak hadits shahih yang bersumber dari Rasulullah dan suaminya, Abu Salamah, serta dari Fathimah az-Zahraa Sedangkan orang yang meriwayatkan darinya banyak sekali, di antara mereka adalah anak-anaknya dan para pemuka dan sahabat serta ahli hadits.
Di antara beberapa sikapnya yang nyata adalah pada hari pembebasan kota Mekah. Waktu itu Nabi keluar dari Madinah bersarna bala tentaranya dengan kehebatan dan jumlah yang belum pernah disaksikan oleh bangsa Arab, sehingga orang-orang musyrik Quraisy merasa takut, dan mereka keluar dari rumah dengan rnaksud menemui Rasulullah untuk bertobat dan menyatakan keislaman mereka.
Termasuk dari mereka, Abu Sufyan bin al-Harts bin Abdul-Muththalib (anak paman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.) dan Abdullah bin Abi Umayyah bin al-Mughirah (anak bibi [dari ayah] Rasulullah, saudara Ummu Salamah sebapak). Ketika mereka berdua meminta izin masuk menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam., beliau enggan memberi izin masuk bagi keduanya disebabkan penyiksaan mereka yang keras terhadap kaurn muslimin menjelang beliau hijrah dari Mekah.
Maka berkatalah Ummu Salamah kepada Rasulullah dengan perasaan iba terhadap keluarganya sendiri dan juga keluarga Rasulullah, “Wahai Rasulullah, mereka berdua adalah anak parnanmu dan anak bibirnu (dan ayah) serta iparmu.” Rasulullah menjawab, “Tidak ada keperluan bagiku dengan mereka berdua. Adapun anak parnanku, aku telah diperlakukan olehnya dengan tidak baik. Adapun anak bibiku (dari ayah) serta iparku telah berkata di Mekah dengan apa yang ia katakan.”
Pernyataan itu telah sampai kepada Abu Sufyan, anak paman Rasulullah. Maka ia berkata, “Demi Allah, ia harus mengizinkanku atau aku mengambil anak ini dengan kedua tanganku -pada saat itu ia bersama anaknya, Ja’far- kemudian karni harus berkelana di dunia sehingga mati kehausan dan kelaparan.”
Lalu Ummu Salamah memberitahukan perkataan Abu Sufyan tersebut kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. dengan kembali memohon rasa belas kasih. Akhirnya hati beliau menjadi luluh, lalu mengizinkan keduanya masuk. Maka masuklah keduanya dan menyatakan keislaman serta bertobat di hadapan Rasulullah.

H. Sikapnya terhadap Fitnah

Ummu Salamah selalu berada di rumahnya, senantiasa ikhlas beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjaga Sunnah suaminya tercinta pada masa (khilafah) Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin al-Khaththab..
Pada masa khilafah Utsman bin Affan ia melihat kegoncangan situasi serta perpecahan kaum muslimin di seputar khalifah. Bahaya fitnah sernakin memuncak di langit kaum muslirnin. Maka ia pergi menernui Utsman dan menasihatinya supaya tetap berpegang teguh pada petunjuk Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. serta petunjuk Abu Bakar dan Umar bin al-Khaththab, tidak menyimpang dan petunjuk tersebut selama-lamanya.
Apa yang dikhawatirkan Ummu Salamah terjadi juga, yaitu peristiwa terbunuhnya Utsman yang saat itu tengah membaca Al-Qur’an dan angin fitnah tengah bertiup kencang terhadap kaurn muslimin. Pada saat itu Aisyah telah membulatkan tekad untuk keluar menuju Bashrah disertai Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin al-’Awwam dengan tujuan mernobilisasi massa untuk melawan Ali bin Abi Thalib. Maka Ummu Salamah mengirim surat yang memiliki sastra indah kepada Aisyah.
 “Dari Ummu Salamah, Istri Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam., untuk Aisyah Ummul-Mu’ minin.
Sesungguhnya aku memuji Allah yang tidak ada ilah (Tuhan) melainkan Dia.
Amma ba’du.
Engkau sungguh telah merobek pembatas antara Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. dan umatnya yang merupakan hijab yang telah ditetapkan keharamannya.
Sungguh Al-Qur’an telah memberimu kemuliaan, maka jangan engkau lepaskan. Dan Allah telah menahan suaramu, maka janganlah engkau niengeluarkannya Serta Allah telah tegaskan bagi umat ini seandainya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mengetahui bahwa kaum wanita memiliki kewajiban jihad (berperang) niscaya beliau berpesan kepadamu untuk menjaganya.
Tidakkah engkau tahu bahwasanya beliau melarangmu melampaui batas dalam agama, karena sesungguhnya tiang agama tidak bisa kokoh dengan campur tangan wanita apabila tiang itu telah miring, dan tidak bisa diperbaiki oleh wanita apabila telah hancur. Jihad wanita adalah tunduk kepada segala ketentuan, mengasuh anak, dan mencurahkan kasih sayangnya.”
Ummu Salamah berada di pihak Ali bin Abi Thalib karena beliau menggikuti kesepakatan kaum muslimin atas terpilihnya beliau sebagai khalifah mereka. Karena itu, Ummu Salamah mengirim/mengutus anaknya, Umar, untuk ikut berperang dalan barisan Ali .

 I. Saat Wafatnya

Pada tahun ke-59 hijriah, usia Ummu Salamah telah mencapai 84 tahun. Usia tua dan pikun merambah di pertambahan umurnya. Allah ta’ala mengangkat rohnya yang suci naik ke atas menuju hadirat-Nya. Ia meninggal dunia setelah hidup dengan aktivitas yang dipenuhi oleh pengorbanan, jihad, dan kesabaran di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Beliau dishalatkan oleh Abu Hurairah r.a. dan dikuburkan di al-Baqi’ di samping kuburan Ummahatul-Mukminin lainnya.
 Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Ummu Salamah. dan semoga Allah memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.
Sumber: Buku Dzaujatur-Rasulullah , Karya Amru Yusuf, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh
sumber : www.ahlulhadits.multiply.com