Kamis, 09 Oktober 2014

nonton bioskop asyik sih, tapiii...



Eh udah lama yak gak nulis lagi. Sebenernya mau nulis, tapi apa daya , waktu tak sampai..hha
Gue pengen copy paste tulisan ummunya uwais..

“ketika seseorang sudah mengaji tapi masih tetap hoby menonton bioskop itu tandanya musibah”

Ternyata musibah itu gak Cuma kebakaran, banjir, tsunami dll. Tapi Allah mengirimkan musibah dalam berbagai macam bentuk. Contohnya yaitu tadi hoby nonton bioskop. Kadang gue suka mikir apa sih enaknya nonton bioskop. Lo ngeluarin uang puluhan ribu cm buat beberapa jam doang, abis itu udah. gak ada yang elo dapet kecuali crita fiktif, ikhtilath, liat aurat pemain pelemnya, dan akibatnya lo mimpi idup lo jadi kayak di pilim itu happy ending. Trus apa iya yang beberapa jam itu dapet pahala? Think again. Mending uangnya itu lo beliin buku atau lo apain kek gitu biar bermanfaat.

“yailah lo kaku amat sih orang, itu kan Cuma buat hiburan doing…”

Iya terserah lo mau bilang gue kayak apa, tapi coba renungin kalimat ini.  yang gue copy paste dari ummunya uwais

“Karena jika sudah bukan karena Allah yang ia tuju dalam lelahnya mendidik mereka, maka pilihan untuk menghibur dirinya adalah kemaksiatan~~

Akhirnya hambarlah ilmu.. Tak berbuah amal pd mad'u2nya (murid2nya) .. Tak berbekas teladan..”

Lagi,,, Coba kita renungin fatwa ulama tentang nonton bioskop :

Saya mau tanya ustad bagaiman hukumnya nonton bioskop apa benar hukumnya haram...?
Jazaakumullahu khoiroo
Jawab :
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Berikut ini kami terjemahkan fatwa syaikh Ibnu Baz:
Termasuk yang perlu kita berhati-hati darinya adalah: menghadiri Majlis yang hanya berisi hal yang sia-sia dan Nyanyian, Menghadiri Majlis gossip, mendalami pembicaraan yang berkenaan dengan kehormatan orang-orang, serta Mendengar siaran-siaran yang membahayakan. Lebih parah dan berbahaya dari itu semua yaitu menghadiri Majlis bioskop atau semacamnya….
Majmu’ Fatawa Ibnu Baz 3/250
(salamdakwahdotcom)

Dan coba baca bentar kisah dibawah ini :

Berkata Ibnul Qoyyim, “Diriwayatkan bahwasanya dahulu di kota Mesir ada seorang pria yang selalu ke mesjid untuk mengumandangkan adzan dan iqomah serta untuk menegakkan sholat. Nampak pada dirinya cerminan ketaatan dan cahaya ibadah. Pada suatu hari pria tersebut naik di atas menara seperti biasanya untuk mengumandangkan adzan dan di bawah menara tersebut ada sebuah rumah milik seseorang yang beragama nasrani. Pria tersebut mengamati rumah itu lalu ia melihat seorang wanita yaitu anak pemilik rumah itu. Diapun terfitnah (tergoda) dengan wanita tersebut lalu ia tidak jadi adzan dan turun dari menara menuju wanita tersebut dan memasuki rumahnya dan menjumpainya. Wanita itupun berkata, “Ada apa denganmu, apakah yang kau kehendaki?”, pria tersebut berkata, “Aku menghendaki dirimu”, sang wanita berkata, “Kenapa kau menghendaki diriku?”, pria itu berkata, “Engkau telah menawan hatiku dan telah mengambil seluruh isi hatiku”, sang wanita berkata, “Aku tidak akan memnuhi permintaanmu untuk melakukan hal yang terlarang”, pria itu berkata, “Aku akan menikahimu”, sang wanita berkata, “Engkau beragam Islam adapun aku beragama nasrani, ayahku tidak mungkin menikahkan aku denganmu”, pria itu berkata, “Saya akan masuk dalam agama nasrani”, sang wanita berakta, “Jika kamu benar-benar masuk ke dalam agam nasrani maka aku akan melakukan apa yang kau kehendaki”. Maka masuklah pria tersebut ke dalam agama nasrani agar bisa menikahi sang wanita. Diapun tinggal bersama sang wanita di rumah tersebut. Tatkala ditengah hari tersebut (hari dimana dia baru pertama kali tinggal bersama sang wanita dirumah tersebut-pen) dia naik di atas atap rumah (karena ada keperluan tertentu-pen) lalu iapun terjatuh dan meninggal. Maka ia tidak menikmati wanita  tersebut dan telah meninggalkan agamanya”.[33]

Berkata Ibnu Katsir, “Ibnul Jauzi menyebutkan dari ‘Abduh bin Abdirrohim, beliau berkata, “Lelaki celaka ini dahulunya seorang yang sering berjihad di jalan Allah memerangi negeri Rum, namun pada suatu saat di suatu peperangan tatkala pasukan kaum muslimin mengepung suatu daerah di negeri Rum (dan kaum Rum bertahan di benteng mereka-pen), dia memandang seorang wanita Rum yang berada dalam benteng pertahanan mereka maka diapun jatuh cinta kepada wanita tersebut. Lalu diapun menulis surat kepada wanita itu, “Bagaimana caranya agar aku bisa berjumpa dengan engkau?”. Wanita tersebut menjawab, “Jika engkau masuk ke dalam agama nasrani dan engkau naik bertemu  denganku”. Maka iapun memenuhi permintaan sang wanita”. Dan tidaklah pasukan kaum muslimin kembali kecuali ia tetap berada di sisi wanita tersebut. Kaum muslimin sangat sedih tatkala mengetahui akan hal itu, dan hal ini sangat berat bagi mereka. Tak lama kemudian mereka (pasukan kaum muslimin) melewatinya dan dia sedang bersama wanita tersebut dalam benteng,  mereka berkata kepadanya, “Wahai fulan, apa yang dilakukan oleh hafalan Qur’anmu?’ apa yang dilakukan oleh amalanmu?, apa yang dilakukan puasamu?, apa yang dilakukan oleh jihadmu?’ apa yang dilakukan oleh sholatmu?”, maka iapun menjawab, :”Ketahuilah aku telah dilupakan Al-Qur’an seluruhnya kecuali firman Allah “Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS. 15:32-3)”, sekarang aku telah memiliki harta dan a nak di tengah-tengah mereka.”[34]
(muslim.or.id)

Yang dikhawatirkan kalo kita sering nonton pilem adalah kita gak bisa jaga pandangan, padahal ulama yang ilmunya tinggi dan dijamin masuk syurga aja bener-bener jaga pandangan. Lantas gimanalah kita,,, (terutama nasihat buat aye)

Trus ini nemu tulisan di webnya ulama sunnah
(http://ulamasunnah.wordpress.com/2011/05/28/tanggung-jawab-kedua-orang-tua-serta-para-pengajar/)

Seorang ibu, ayah, serta pengajar, akan ditanya di hadapan Allah tentang pendidikan generasi ini. Apabila mereka baik dalam mendidik, maka generasi ini akan bahagia dan begitu pula mereka juga akan bahagia di dunia dan akhirat. Namun, apabila mereka mengabaikan pendidikan generasi ini, maka generasi ini akan celaka, dan dosanya akan ditanggung oleh pundak-pundak mereka. Oleh karena itu dikatakan dalam sebuah hadits,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan pemimpin akan ditanyai tentang kepemimpinannya” (Muttafaqun ‘alaihi).
Berita gembira bagimu wahai para pengajar, dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam,
فَوَاللهِ لَيَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ خُمْرِ النَّعَمَ
“Demi Allah, jika Allah menunjuki seseorang lewatmu, ini lebih baik daripada unta-unta merah”
Berita gembira bagi kalian berdua wahai ayah dan ibu, dengan sebuah hadits yang shahih:
اِذَ مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“Apabila seorang manusia meninggal, maka amalannya terputus kecuali tiga perkara. Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak shalih yang mendoakannya” (HR. Muslim).

Wahai para pengajar, hendaknya engkau memperbaiki dirimu terlebih dahulu. Kebaikan menurut anak-anak adalah apa-apa yang engkau lakukan. Sebaliknya, keburukan menurut mereka adalah apa-apa yang engkau tinggalkan. Baiknya perilaku pengajar dan kedua orang tua di hadapan anak-anak merupakan sebaik –baiknya pendidikan bagi mereka.

tulisan ini saya tulis untuk diri sendri juga, semoga Allah menggantikan hiburan yang lebih baik untuk kita di duniaa dan akhirat yakni menghibur diri kita dengan ketaatan kepada-Nya

14 dzulhijjah 1435 H  di kamar yang dingin...