Eh udah lama yak gak nulis lagi. Sebenernya mau nulis,
tapi apa daya , waktu tak sampai..hha
Gue pengen copy paste tulisan ummunya uwais..
“ketika seseorang sudah mengaji tapi masih tetap hoby
menonton bioskop itu tandanya musibah”
Ternyata musibah itu gak Cuma kebakaran, banjir,
tsunami dll. Tapi Allah mengirimkan musibah dalam berbagai macam bentuk. Contohnya
yaitu tadi hoby nonton bioskop. Kadang gue suka mikir apa sih enaknya nonton
bioskop. Lo ngeluarin uang puluhan ribu cm buat beberapa jam doang, abis itu
udah. gak ada yang elo dapet kecuali crita fiktif, ikhtilath, liat aurat pemain
pelemnya, dan akibatnya lo mimpi idup lo jadi kayak di pilim itu happy ending. Trus
apa iya yang beberapa jam itu dapet pahala? Think again. Mending uangnya itu lo
beliin buku atau lo apain kek gitu biar bermanfaat.
“yailah lo kaku amat sih orang, itu kan Cuma buat
hiburan doing…”
Iya terserah lo mau bilang gue kayak apa, tapi coba
renungin kalimat ini. yang gue copy
paste dari ummunya uwais
“Karena jika sudah bukan karena Allah
yang ia tuju dalam lelahnya mendidik mereka, maka pilihan untuk menghibur
dirinya adalah kemaksiatan~~
Akhirnya hambarlah ilmu.. Tak berbuah
amal pd mad'u2nya (murid2nya) .. Tak berbekas teladan..”
Lagi,,,
Coba kita renungin fatwa ulama tentang nonton bioskop :
Saya
mau tanya ustad bagaiman hukumnya nonton bioskop apa benar hukumnya haram...?
Jazaakumullahu khoiroo
Jawab :
وعليكم السلام ورحمة
الله وبركاته
Berikut
ini kami terjemahkan fatwa syaikh Ibnu Baz:
Termasuk
yang perlu kita berhati-hati darinya adalah: menghadiri Majlis yang hanya
berisi hal yang sia-sia dan Nyanyian, Menghadiri Majlis gossip, mendalami
pembicaraan yang berkenaan dengan kehormatan orang-orang, serta Mendengar
siaran-siaran yang membahayakan. Lebih parah dan berbahaya dari itu semua yaitu
menghadiri Majlis bioskop atau semacamnya….
Majmu’ Fatawa Ibnu Baz 3/250
(salamdakwahdotcom)
Dan coba baca
bentar kisah dibawah ini :
Berkata
Ibnul Qoyyim, “Diriwayatkan bahwasanya dahulu di kota Mesir ada seorang pria
yang selalu ke mesjid untuk mengumandangkan adzan dan iqomah serta untuk
menegakkan sholat. Nampak pada dirinya cerminan ketaatan dan cahaya ibadah.
Pada suatu hari pria tersebut naik di atas menara seperti biasanya untuk
mengumandangkan adzan dan di bawah menara tersebut ada sebuah rumah milik
seseorang yang beragama nasrani. Pria tersebut mengamati rumah itu lalu ia
melihat seorang wanita yaitu anak pemilik rumah itu. Diapun terfitnah (tergoda)
dengan wanita tersebut lalu ia tidak jadi adzan dan turun dari menara menuju
wanita tersebut dan memasuki rumahnya dan menjumpainya. Wanita itupun berkata,
“Ada apa denganmu, apakah yang kau kehendaki?”, pria tersebut berkata, “Aku menghendaki
dirimu”, sang wanita berkata, “Kenapa kau menghendaki diriku?”, pria itu
berkata, “Engkau telah menawan hatiku dan telah mengambil seluruh isi hatiku”,
sang wanita berkata, “Aku tidak akan memnuhi permintaanmu untuk melakukan hal
yang terlarang”, pria itu berkata, “Aku akan menikahimu”, sang wanita berkata,
“Engkau beragam Islam adapun aku beragama nasrani, ayahku tidak mungkin
menikahkan aku denganmu”, pria itu berkata, “Saya akan masuk dalam agama
nasrani”, sang wanita berakta, “Jika kamu benar-benar masuk ke dalam agam
nasrani maka aku akan melakukan apa yang kau kehendaki”. Maka masuklah pria
tersebut ke dalam agama nasrani agar bisa menikahi sang wanita. Diapun tinggal
bersama sang wanita di rumah tersebut. Tatkala ditengah hari tersebut (hari
dimana dia baru pertama kali tinggal bersama sang wanita dirumah tersebut-pen)
dia naik di atas atap rumah (karena ada keperluan tertentu-pen) lalu iapun
terjatuh dan meninggal. Maka ia tidak menikmati wanita tersebut dan telah
meninggalkan agamanya”.[33]
Berkata
Ibnu Katsir, “Ibnul Jauzi menyebutkan dari ‘Abduh bin Abdirrohim, beliau
berkata, “Lelaki celaka ini dahulunya seorang yang sering berjihad di jalan
Allah memerangi negeri Rum, namun pada suatu saat di suatu peperangan tatkala
pasukan kaum muslimin mengepung suatu daerah di negeri Rum (dan kaum Rum
bertahan di benteng mereka-pen), dia memandang seorang wanita Rum yang berada
dalam benteng pertahanan mereka maka diapun jatuh cinta kepada wanita tersebut.
Lalu diapun menulis surat kepada wanita itu, “Bagaimana caranya agar aku bisa
berjumpa dengan engkau?”. Wanita tersebut menjawab, “Jika engkau masuk ke dalam
agama nasrani dan engkau naik bertemu denganku”. Maka iapun memenuhi
permintaan sang wanita”. Dan tidaklah pasukan kaum muslimin kembali kecuali ia
tetap berada di sisi wanita tersebut. Kaum muslimin sangat sedih tatkala
mengetahui akan hal itu, dan hal ini sangat berat bagi mereka. Tak lama
kemudian mereka (pasukan kaum muslimin) melewatinya dan dia sedang bersama
wanita tersebut dalam benteng, mereka berkata kepadanya, “Wahai fulan,
apa yang dilakukan oleh hafalan Qur’anmu?’ apa yang dilakukan oleh amalanmu?,
apa yang dilakukan puasamu?, apa yang dilakukan oleh jihadmu?’ apa yang
dilakukan oleh sholatmu?”, maka iapun menjawab, :”Ketahuilah aku telah
dilupakan Al-Qur’an seluruhnya kecuali firman Allah “Orang-orang yang kafir itu
seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia)
menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan
bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka
akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS. 15:32-3)”, sekarang aku telah
memiliki harta dan a nak di tengah-tengah mereka.”[34]
(muslim.or.id)
Yang dikhawatirkan
kalo kita sering nonton pilem adalah kita gak bisa jaga pandangan, padahal
ulama yang ilmunya tinggi dan dijamin masuk syurga aja bener-bener jaga
pandangan. Lantas gimanalah kita,,, (terutama nasihat buat aye)
Trus ini
nemu tulisan di webnya ulama sunnah
(http://ulamasunnah.wordpress.com/2011/05/28/tanggung-jawab-kedua-orang-tua-serta-para-pengajar/)
Seorang
ibu, ayah, serta pengajar, akan ditanya di hadapan Allah tentang pendidikan
generasi ini. Apabila mereka baik dalam mendidik, maka generasi ini akan
bahagia dan begitu pula mereka juga akan bahagia di dunia dan akhirat. Namun,
apabila mereka mengabaikan pendidikan generasi ini, maka generasi ini akan
celaka, dan dosanya akan ditanggung oleh pundak-pundak mereka. Oleh karena itu
dikatakan dalam sebuah hadits,
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap
kalian adalah pemimpin dan pemimpin akan ditanyai tentang kepemimpinannya”
(Muttafaqun ‘alaihi).
Berita
gembira bagimu wahai para pengajar, dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi
wasallam,
فَوَاللهِ
لَيَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ خُمْرِ النَّعَمَ
“Demi
Allah, jika Allah menunjuki seseorang lewatmu, ini lebih baik daripada
unta-unta merah”
Berita
gembira bagi kalian berdua wahai ayah dan ibu, dengan sebuah hadits yang
shahih:
اِذَ
مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“Apabila
seorang manusia meninggal, maka amalannya terputus kecuali tiga perkara.
Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak shalih yang mendoakannya”
(HR. Muslim).
Wahai
para pengajar, hendaknya engkau memperbaiki dirimu terlebih dahulu. Kebaikan
menurut anak-anak adalah apa-apa yang engkau lakukan. Sebaliknya, keburukan
menurut mereka adalah apa-apa yang engkau tinggalkan. Baiknya perilaku pengajar
dan kedua orang tua di hadapan anak-anak merupakan sebaik –baiknya pendidikan
bagi mereka.
tulisan ini saya tulis untuk diri sendri juga, semoga Allah menggantikan hiburan yang lebih baik untuk kita di duniaa dan akhirat yakni menghibur diri kita dengan ketaatan kepada-Nya
14 dzulhijjah 1435 H di kamar yang dingin...