Senin, 08 April 2013

Rencana hidup


Siapa yang sangka akan dihadapi dengan kenyataan pahit. Dan siapa sangka pula yang ingin mendapati kesulitan. Dengarlah cerita-cerita sahabatmu kawan. Sahabat-sahabat yang baik hati, yang hanif jiwanya dan tak akan menjemrumuskan kita pada kesalahan. Itulah hidup, kita sungguh membutuhkan teman-teman yang nanti akan menarik kita pada syurga-Nya ketika kita mungkin sedang merasakan azab-Nya atas kesalahan-kesalahan kita di dunia yang fana ini.

Cerita cinta, cerita perjalanan hidup, dan segala cerita dunia ini amat unik. Allaah ta’ala selalu baik terhadap hamba-Nya yang mau berhusnudzon pada semua rencana-Nya dalam hidup kita. Hei, tahukah kalian. Sesulit apapun hidup kita ada setitik ciptaan-Nya yang senantiasa menghibur kita. Rintikan hujan, terpaan debu, semilir angin bahkan sampai semut yang berjinjit jalan di lantai itu adalah hiburan bagi kita saat dunia tak lagi berpihak pada kita.

Cerita masalah tak ka nada habisnya, tp taukah cerita pengalaman hidup teman kita selalu bermakna utk menghabiskan masalah yang ada di hadapan kita. Missal, cerita pengalaman skripsi mereka, cerita pengalaman jodoh mereka *uups dan cerita keluarga mereka. Dari pengalaman hidup itu saya selalu terinspirasi baik cerita sedih sampai senangnya mereka.

Saat ini saya sudah tertinggal jauh dgn teman-teman yang sudah lulus tahun kemarin. Sayapun tak tahu apakah saya bisa seperti mereka, lulus dengan tepat waktu. Aah,,itu misteri. Saya saat ini hanya menjalani saja. Saya terus berdo’a.  dan tentunya saya berharap yang membaca blog ini pun mendo’akan saya. Agar saya mampu menyelesaikan masa studi sy di kampus tepat waktu. Yah inilah hidup saya yang ditakdirkan Allaah ta’ala, untuk bersabar menjalani semua ini. Bersabar memahami perkatan-Nya dalam al-qur’an surat al baqarah:286, yaitu “ Allaah tdk membebankan sesuatu kepada seseorang, melainkan sesuai dengan kemampuannya”.
Berhusnudzonlah riwayat hidup kita yang amat sempit sekali suatu saat akan mengantarkan kita pada syurga-Nya. Aamin. Saya selalu berharap ujian itu tidak menimpa pada agama saya, cukup dunia saja ujiannya. Maksudnya, bayangkan jika kita diuji seperti para shabiah pada zaman nabi, mampukah kita ? maka bersabarlah dengan kesabaran yang baik…Q.S Al ma’arij : 5.
Saya bersyukur sekali, karena penderitaan saya pada saat SMA, saya jadikan pelajaran dan  Allaah tetap meneguhkan saya untuk menjalani apa yang Dia sampaikan, dan semoga saya tetap berada di atas jalan-Nya. Aamin. Yups, saya tidak mau mengulas masa lalu saya. Cukup sampai disana saja cerita itu. Tak perlu saya bawa untuk masa depan saya. Saya amat bersyukur hingga detik ini masih diberikan petunjuk sunnah rosulullaah shalallahu’alayhi wassalam. Smg keistiqomahan sy mengenal agama ini tetap bersemi di hati. Amin.
Cerita cinta, cerita unik kawan. Misteri jodoh siapa yang tahu. Ini cerita pengalaman dari kakak kelas saya, sekaligus sy sebut sbg kakak kandung saya. Mungkin lebih. Melalui perantaranya, saya mengenal sunnah ini, mengingatkan dan membimbing saya juga teman-teman. Pun termasuk masalah jodoh ini, kk saya yg satu ini selalu saja memberikan ilmu yang shahihnya (red: sesuai sunnah). Masalah jodoh ini pun termasuk masalah yang complicated menurut saya. Tapi mudah jika kita niatkan untuk beribadah kepada-Nya.  Mulai mencari hingga akad, itu semua sudah diatur sedemikian rupa oleh agama agar tidak terjadi kerusakan yang amat besar. Nah mulai dari ta’aruf yang ga boleh saling hubungan komunikasi antara si wanita dengan pria sampai kemungkaran yang terjadi di masa-masa pelamaran. pun jika tak jadi itu kehendak Allaah ta’ala. Tak ada rasa gundah dalam hati karena proses ini dinilai secara objektif bukan subyektif. Tak melibatkan perasaan, sehingga jika tak jadi lagi, takkan merasa tersakiti. Karena sesuatu yang diniatkan ibadah akan terasa lapang di dalam dada jika tak sesuai harapan.
Jadi gini kesimpulan yang saya dapet : ta’aruf (mencari informasi lewat washilah/perantara yg sudah menikah dan memiliki pemahaman ilmunya baik) terus jika sudah mantap utk menikah baru bisa nazhor (melihat calon yang ingin dinikahi) itupun gak boleh berkhalwat dan ikhtilat. Cukup sekali saja melihatnya, (ingat obyektif tnp melibatkan perasaan dahulu sebelum akad) pas nazhor ikhwannya datang ke rumah orangtua akhwat berbincang-bincang dengan keluarga. Trus baru deh lamaran (khitbah) baru deh akad. Selesai…hhee..
Mungkin tambahan biar jelas coba cari di link ini :http://dear.to/abusalma bekal-bekal pernikahan. Trus cari di linknya muslimah.or,id,muslim.or.id,rumaysho.or.id,,,
“jika suatu hubungan diawali oleh hal yang dilandasi keharaman, bisakah setelah kehalalan tiba menjadi sebuah keindahan tersendiri?”