Selasa, 16 Desember 2014

apakah itu kamu ?


Aku pun berpacu dengan waktu. Ia yang tak pernah mau diajak bicara, tak pernah mendengarkan. Selama ini mungkin aku maki, kini ku jadikan teman. Ia menjadi pengingatku yang luar biasa.

Bahkan untuk mencarimu pun aku seolah-olah berkejaran dengan waktu, padahal aku tahu waktu sendiri tidak peduli. Tapi aku peduli denganmu, dengan tidak akan membiarkanmu lama-lama menunggu. Tidak akan membiarkan kekhawatiranmu lebih lama. Tidak mau membuatmu resah karena waktu terus beranjak sementara aku tak kunjung datang.

Dan waktu dengan sombongnya tidak peduli dengan semua itu, tapi aku peduli padamu.

setelah membaca artikel itu aku bertanya dalam hati untuk kamu yang masih dirahasiakan-Nya :

 "Apakah itu kamu ?"

-by kurniawan gunadi-
http://kurniawangunadi.tumblr.com/page/2

wanita


 Katanya jadi wanita itu enak. Gak perlu menjadi seorang yang bekerja keras.
Makan tinggal makan karena ada yang nyariin. Tidur tinggal tidur karena gak perlu mikirin besok kerjaan numpuk di meja kantor. Bengong ya tinggal bengong aja. Gak perlu ribet ngeliatin kertas bertumpuk di meja.

Orang hanya tahu, wanita itu makhluk yang misterius. Setiap bulan selalu punya alasan untuk melampiaskan emosinya. Dan punya berbagai macam alasan untuk bisa melampiaskan emosinya. Punya berbagai macam criteria jika ingin memutuskan sesuatu. Semua banyak pertimbangan. Hidupnya rumit.

Untuk memilih sesuatu butuh pertimbangan. Bukan, bukan karena dia makhluk yang ribet. Bukan.
Karena memang ketika dia masih belum memiliki naungan. Dia masih selalu dikhawatirkan oleh banyak orang. Dia memang masih dikhawatirkan oleh-Nya, oleh penduduk langit bahkan. dia akan dilaporkan stiap hari, setiap langkahnya. Bahkan langkahnya harus dilindungi ketika sudah melewati batas yang ditentukan .

Ah iya, susah sekali menjadi wanita itu. Inilah alasannya, kenapa wanita itu manusia terumit di muka bumi. Dan kerumitannya, Allah ganjarkan syurga di telapak kakinya. Ah pantaskah syurga berada pada ridho seorang wanita seperti ini? . Sedangkan, saat ini terlalu banyak dosa yang telah tercatat.

Begitupula dengan perasaannya. Benarkah serumit ini? Saat ia mulai mengarahkan perasaannya pada satu tujuan. Tak semudah lantas perasaan itu benar adanya. Banyak sekali pertimbangannya. Mempertimbangkan bagaimana kelak ia bisa belajar agama padanya, bagaimana ia bisa belajar bekerjasama. Dan seterusnya dan seterusnya.

Dan kamu perlu tahu, ada banyak sekali wanita yang menjadi tulang punggung keluarganya. Yang sejatinya fungsi dia tulang rusuk, tapi takdir berkata lain. Dirinya harus diposisikan sebagai tulang punggung. Ini yang sungguh rumit. Ketika sesuatu tidak ditempatkan pada tempatnya. Kamu harus tahu, wanita seperti ini, butuh tulang punggung yang lebih besar dari miliknya. Hingga suatu saat, kamu menjadi tempat berbagi beban yang ada di punggungnya. Meringankan semua yang ada di dalam dirinya. Hei, bahkan di negara ini banyak sekali dijumpai wanita tipe ini.

Bukan, bukan karena kita memilih untuk bermudah-mudahan keluar rumah. Mencari hiburan di luar. Bukan itu. Tapi ada beberapa jiwa di dalam rumahnya yang harus ia bagi penghidupan yang cukup untuk bertahan hidup. Kamu harus tahu, posisi wanita ini. Memahami betapa rumitnya hidupnya ketika ingin menjadi wanita seutuhnya yang diam di dalam rumah menanti kehadiranmu pulang dari mencari pengharapan untuk esok hari.

Untuk memilihmu pun, kami butuh sekali banyak pertimbangan. Hingga berulang kali, berpikir. 

Apakah kamu bisa menjadi tulang punggungku yang seutuhnya tanpa mengenal rasa lelah ?

Senin, 15 Desember 2014

Menanti hujan




Hujan…

Hari ini aku ingin bercerita. Aku ingin bercerita padamu.
Cerita yang mungkin menurut banyak orang adalah cerita tak bermakna.
Kata orang lebih baik dipilih daripada memilih.
Aku, aku hanya berpikir bertahan untuk dipilih hanya mengikis perasaan saja.
Hingga suatu saat perasaan kamu hilang karena semakin lama kikisan itu besar.
Semakin lama kamu bertahan pada sesuatu yang tak bertepi, semakin lama kamu melukai dirimu sendiri.

Hujan…

Aku ingin mengungkapkan perasaan yang sejatinya fitrah
Yang seharusnya kita menjaga ini dari kotoran debu
Yang suatu saat ia akan usang karena lama didiamkan

Hujan…

Aku berharap engkau terus turun, hingga malaikat langit memenuhi bumi
Meraih do’a-do’aku untuk ditulis di catatan mereka
Mengantarkan do’a-do’aku kepada Rabbku
Lantas turut pula mereka mendo’akanku dalam kebaikan

Hujan …

Lelahku menanti keajaiban ini..
Menanti suatu saat engkau dapat menyaksikanku di bawah  pelangi
Berbagi kebahagiaanku untuk merasakan kehadiranmu di telapak tanganku
Hingga jika kamu tak tertampung , maka ada yang bersiap menampung butiranmu
 Di sampingku, bersama meraihmu. Merasakan dinginnya butiranmu yang menunjam bumi.