Hari ini
stasiun padat. Penuh orang berdesak-desakkan mencari celah agar bisa dapat
melangkahkan kakinya. Aku selangkah demi selangkah maju mengikuti gerak langkah
seorang laki-laki yang setiap hari kulihat wajahnya,yang setiap hari aku dengarkan ceritanya. Langkahnya cukup
cepat hingga empat kaki ini melangkah cepat untuk mengikuti irama langkahnya. Jam
besar tergantung di atas balkon. Jarum
panjangnya terus berjalan cepat hingga aku melemparkan pandangan ke arah depan. Melihat sesosok yang aku kenal. Hingga aku
berderap terus melangkah.
Aku pikir
perjalanan ini kan terus maju, hingga tak lagi dapat ku kenal wajah-wajah yang
lewat di hadapanku. Aku terus melangkahkan
kaki menuju tujuan perjalanan ini. Aku
terus melangkah mengikuti langkahnya. Entah kapan aku paham kapan kaki ini
berhenti melangkah. Mengistirahatkan kakiku yng lelah. Aku pikir kamu paham, bahwa langkah ini terus
maju tanpa memikirkanmu yang terus berjalan. Atau kamu yang saat itu tak kuasa
menahan langkahku. Aku selalu berpikir demikian. Aku selalu mengkhawatirkan
diriku yang terus melangkah mengikuti langkahnya. Kamu masih saja terus berjalan tanpa melihat langkahku yang
semakin cepat berlalu ke tempat yang akan kutuju.
Aku lihat
kamu baik-baik saja , dan aku berpikir kamu baik meski langkahku sudah maju di
depan langkahmu. Aku terlalu mengkhawatirkan langkahku
yang terus berada maju di depanmu tapi kamu tetap berdiri saja disana. Sepertinya
kamu memang terlihat baik, sehingga aku tak perlu lagi mengkhawatirkan apakah
langkahku ini tepat ?